Perbedaan Kemampuan Siswa SR Jadi Tantangan Guru
SERIUS BELAJAR: Para siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi 35 Bandarlampung jenjang SMP serius belajar pada Kamis (23/10).--FOTO MK-LIA/RLMG
BANDARLAMPUNG - Sekolah Rakyat (SR) Terintegrasi 35 Bandarlampung di Jl. Pagar Alam, Kelurahan Segalamider, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, memasuki masa persiapan proses belajar-mengajar. SR menjadi wadah bagi anak-anak yang sempat putus sekolah untuk kembali menempuh pendidikan tanpa terbebani biaya.
Kepala SR Terintegrasi 35 Bandarlampung Anton Hamidi, S.Pd. mengatakan SR Terintegrasi 35 Bandarlampung menampung maksimal 75 peserta didik SD dan SMP. ’’Saat ini terdapat 73 siswa aktif. Terdiri atas 48 siswa jenjang SD dibagi dua rombongan belajar dan 25 siswa jenjang SMP. Sistem pembelajarannya dibuat terintegrasi,’’ katanya saat ditemui di SR Terintegrasi 35 Bandarlampung, Kamis (23/10).
Jumlah tenaga pengajar, kata Anton, sebanyak 13 guru berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang berkolaborasi mendampingi siswa di dalam kelas. ’’Kemudian terdapat 4 wali asrama dan 8 wali asuh yang turut mengawal keseharian siswa. Seluruh siswa wajib tinggal di asrama,’’ ujarnya.
Konsep pendidikan di SR, lanjut Anton, tidak hanya fokus pada akademik. Namun, tapi juga pembinaan karakter, minat, dan bakat siswa. ’’Jadi pada awal sebelum pelaksanaan sekolah, seluruh siswa menjalani pemeriksaan kesehatan dan DNA talent mapping. Dari situ terlihat potensi dan kelemahan mereka, sehingga pendampingan bisa lebih sesuai kebutuhan,” ujarnya.
Fasilitas yang diterima siswa, kata Anton, sangat lengkap mulai dari makan, seragam, alat sekolah, komputer, hingga perlengkapan pribadi seperti sabun, pasta gigi, dan ember yang semuanya disediakan secara gratis. ’’Bahkan potong rambut pun difasilitasi. Tujuannya agar anak-anak bisa fokus belajar dan mengembangkan diri,” ungkapnya.
Sedangkan guru bahasa Indonesia SR Terintegrasi 35 Bandarlampung, Evita, menyatakan tantangan terbesar saat mengajar adalah perbedaan kemampuan siswa. ’’Ada yang sudah lama berhenti sekolah, jadi harus tetap mengulang dari dasar. Bahkan, ada siswa SMP masih kesulitan perkalian. Saat ini, kami sedang melakukan asesmen kemampuan awal dan menggali potensi bakat mereka,” jelasnya.
Ahmad, guru BK SR Terintegrasi 35 Bandarlampung, menambahkan, permasalahan siswa juga beragam. ’’Namun, semua ditangani dengan pendekatan penuh empati,’’ ucapnya.
Sementara Dinda (15), salah satu siswi yang sempat putus sekolah pada 2023, mengaku senang bisa bersekolah lagi. ’’Awalnya takut tinggal di asrama, tapi ternyata nyaman dan diperhatikan,” ujarnya.