Kopi Robusta Lampung Ditingkatkan: Kolaborasi Internasional Targetkan Produktivitas Naik 50 persen

Kopi Robusta Lampung Ditingkatkan: Kolaborasi Internasional Targetkan Produktivitas Naik 50 persen--
BANDAR LAMPUNG – Kopi Robusta Lampung telah lama dikenal di pasar global karena cita rasanya yang khas. Namun di balik popularitasnya, sektor hulu komoditas ini menghadapi tantangan serius, mulai dari usia tanaman yang terlalu tua, sistem budidaya yang usang, keterbatasan bibit unggul, hingga ketimpangan harga di tingkat petani.
Menanggapi tantangan ini, PT Sarimakmur Tunggal Mandiri (SM), perusahaan asal Lampung, mengambil langkah strategis dengan menggandeng mitra internasional dan lokal dalam proyek peningkatan kualitas dan produktivitas kopi.
Inisiatif ini melibatkan perusahaan kopi global JDE Peet’s, lembaga riset World Coffee Research, serta didukung oleh Pemerintah Daerah Lampung Barat (Lambar), Lampung, dan Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Nguyen Hoai Tam Anh, SEA Green Coffee Operation Director JDE Peet’s, menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak untuk meningkatkan kualitas kopi sejak dari hulu.
BACA JUGA:Promo Spesial Hari Listrik Nasional ke-80, Tambah Daya Listrik Diskon 50 Persen
"JDE Peet’s membeli kopi dari banyak negara, termasuk Indonesia. Di sini kami melihat perlunya peningkatan kualitas di tingkat petani. Edukasi, pembinaan, dan kerja sama dengan pemerintah menjadi kunci," ujar Tam Anh.
Ia juga menambahkan bahwa tujuan utama dari kolaborasi ini adalah menciptakan nilai tambah yang nyata bagi petani, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok kopi global.
Sementara itu, Wahyu Wibowo, Direktur Visi Sinergi yang menjadi implementor PT SM, mengungkapkan bahwa program ini mengusung pendekatan berkelanjutan. Fokusnya antara lain penggunaan pupuk yang ramah lingkungan, serta penyediaan bibit unggul untuk regenerasi pohon kopi yang telah uzur.
"Target kami meningkatkan produktivitas kopi robusta hingga 50 persen. Dari rata-rata 500 kg per hektar, kami ingin mencapai 750 kg dalam beberapa tahun, bahkan bisa mencapai 1 sampai 1,5 ton per hektare pada tahun kelima," tegas Wahyu.
Peningkatan hasil panen ini diharapkan berdampak langsung pada kesejahteraan petani, mengingat kopi merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di daerah tersebut.
BACA JUGA:Supron Ridisno, Difabel dengan Keterbatasan Penglihatan Raih Disertasi Terbaik di Wisuda UIN RIL
Program ini menyasar 5.500 rumah tangga petani, dengan perhatian khusus pada aspek inklusi sosial. Targetnya, 10 persen dari peserta adalah petani perempuan dan 5 persen petani muda.
Tiga pilar utama yang diusung adalah Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi. Kolaborasi ini juga dirancang sejalan dengan prinsip keberlanjutan global yang dikenal sebagai “Common Ground”, yang terbagi dalam tiga tema utama: Keberlanjutan Lahan (Sustainability of Land), Kesetaraan Masyarakat (Equality of People), dan Kesejahteraan Petani (Prosperity of Farmers).
“Secara keseluruhan, proyek ini adalah langkah nyata untuk menciptakan rantai pasok kopi Robusta Lampung yang tidak hanya kompetitif secara global, tetapi juga adil, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi para petani,” ujar Wahyu.
Sustainability Manager APAC, JDE Peet’s, Do Ngoc Sy, menambahkan projek ini diharapkan memberikan dampak secara langsung kepada petani.
BACA JUGA:Pemkot Metro Tinjau Ulang PBG Ponpes
"Tentu kami berharap bisa berdampak untuk petani, dan juga peningkatan produksi dan kualitas, sehingga budidaya kopi yang sudah ada bisa berkelanjutan. Proyek ini berfokus pada peningkatan pendapatan rumah tangga petani melalui dukungan kepada petani melalui praktik budidaya pertanian yang baik dan pertanian regenerative, serta untuk melindungi planet dan hutan untuk memastikan terpenuhinya permintaan pasar global, seperti regulasi deforestasi Uni Eropa dan pengurangan penggunaan bahan kimia." tambahnya.(gar)