Kesenjangan Talenta AI Harus Segera Diatasi

Artificial intelligence (AI). --FOTO FREEPIK.COM/RAWPIXEL

JAKARTA – Adopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di berbagai sektor industri terus meningkat untuk mendorong efisiensi dan produktivitas. Namun, kebutuhan tenaga kerja dengan talenta AI belum seimbang dengan ketersediaannya.

Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan talenta digital yang harus segera diatasi. Salah satu solusi yang mendesak adalah menghadirkan lebih banyak pelatihan khusus AI untuk mencetak tenaga ahli yang siap memenuhi tuntutan industri.

 

Google developer expert Esther Irawati Setiawan mengungkapkan, dibandingkan 5 tahun lalu talenta digital yang menguasai AI saat ini memang sudah meningkat. Namun, kesenjangan atau gap-nya dengan kebutuhan industri masih cukup tinggi.

 

"Kalau 5 tahun lalu, mungkin masih 20% AI engineering (yang tersedia dari kebutuhan industri), sekarang sudah 50%," kata Esther Irawati dalam peluncuran IDCamp 2025 di Jakarta, Rabu (24/9).

 

Masih tingginya gap antara jumlah talenta AI dengan kebutuhan industri ini, menurutnya, harus menjadi perhatian serius. Apalagi semakin banyak industri yang melakukan transformasi digital, sehingga membutuhkan banyak AI engineering.

 

"Agar gapnya semakin mengecil, perlu lebih banyak pelatihan-pelatihan AI, termasuk dari level pergurunan tinggi," kata Esther.

 

Hal senada disampaikan Founder & CEO Dicoding Indonesia Narenda Wicaksono. Di tengah transformasi digital yang dilakukan banyak perusahaan, kebutuhan akan talenta AI sangat tinggi.

 

"Masalahnya, yang punya skill set sampai level yang dalam untuk membantu business process, di Indonesia itu tidak banyak. Jadi memang perlu ada kolaborasi melahirkan talenta-talenta digital dengan kurikulum yang komprehensif," kata Narendra.

Tag
Share