AI Jadi Guru Kedua Siswa, Efektif atau Berisiko?

Ilustrasi AI--FOTO FREEPIK/ISTIMEWA
JAKARTA - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu bidang yang mulai banyak memanfaatkan teknologi ini adalah dunia pendidikan.
Banyak siswa kini menggunakan AI sebagai referensi belajar karena dapat membantu menjawab soal, merangkum bacaan, hingga menjelaskan konsep yang sulit dipahami di kelas.
Kehadiran AI dianggap mampu memberikan kemudahan sekaligus memperluas akses informasi bagi siapa saja yang membutuhkan.
Namun, penggunaan AI dalam pendidikan juga menimbulkan pro-kontra. Gagasan mengenai pemanfaatan AI oleh sejumlah tokoh besar sebagai pendukung proses belajar siswa sempat menuai sorotan publik.
Kalangan pendidik, praktisi teknologi pendidikan, hingga orang tua memberikan beragam tanggapan. Sebagian melihat potensi besar dari teknologi ini, sementara sebagian lainnya khawatir terhadap risiko yang mungkin timbul, seperti misinformasi atau menurunnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Sejumlah akademisi telah meneliti dampak penggunaan AI dalam pembelajaran. Salah satunya adalah penelitian berjudul "ChatGPT Sebagai Era Baru dalam Transformasi Pembelajaran: Systematic Learning Review" yang dilakukan oleh Kusworo, Goreta, Hanafi, Susanto, dan Astuti pada 2024.
Kajian tersebut diterbitkan dalam Susunan Artikel Pendidikan (SAP) Volume 8 Nomor 3 April 2024 dan memberikan beberapa temuan penting.
Implementasi ChatGPT dalam proses belajar terbukti dapat memengaruhi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknologi ini juga memberikan pengalaman belajar yang lebih personal, efektif, serta mampu menghadirkan umpan balik yang cepat.