Pertumbuhan Pertanian Terus Melambat, Perdagangan Jadi Penyelamat

Radar Lampung Baca Koran--
BANDARLAMPUNG – Pertumbuhan ekonomi Lampung menunjukkan tren positif setelah sempat melambat akibat pandemi Covid-19.
Hal tersebut berdasarkan pemaparan Gun Gun Nugraha dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bandarlampung pada diskusi ekonomi bertema ’’Pertumbuhan Ekonomi Lampung: Peluang Tumbuh Lebih Tinggi dan Kenyataan Riil” yang diselanggarakan Kadin Lampung beberapa waktu lalu.
Gun Gun memberikan catatan penting terkait tantangan struktural yang dihadapi, khususnya dalam sektor industri.
BACA JUGA:Lebih dari Setengah Ruas Jalan di Pesbar Rusak Berat
Menurut Gun Gun, meskipun belum sepenuhnya kembali ke kondisi pra-pandemi di mana pertumbuhan ekonomi Lampung selalu di atas rata-rata nasional, tren beberapa triwulan terakhir menunjukkan perbaikan.
"Kami sudah kembali masuk ke jalur yang baik. Mudah-mudahan dalam beberapa triwulan ke depan, pertumbuhan ekonomi Lampung sudah bisa bertumbuh di atas rata-rata nasional," ujarnya.
Gun Gun menyoroti perbandingan antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung dengan PDB nasional. Grafik menunjukkan bahwa kemiringan (slope) PDB nasional lebih tajam dari tahun 2020 hingga 2024, sementara PDRB Lampung cenderung di bawah.
Secara struktural, ekonomi Lampung sangat berbeda dari nasional. Ekonomi nasional didominasi oleh industri, perdagangan, dan pertanian. Sebaliknya, Lampung bertumpu pada pertanian, industri, dan perdagangan.
Sektor pertanian menyumbang andil 4,54 persen terhadap nasional, industri 2,18 persen, dan perdagangan 2,38 persen.
Salah satu isu krusial yang diangkat adalah fenomena deindustrialisasi prematur. Deindustrialisasi ini mengganggu pertumbuhan ekonomi jangka panjang, memperlebar kesenjangan, dan mengancam tenaga kerja semi-terampil.
"Idealnya, setelah sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) harusnya menjadi bumper ekonomi yang baik," jelas Gun Gun.
Namun, yang terjadi di Lampung adalah pergeseran langsung dari sektor primer ke sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa), yang berpotensi menjadi masalah.
Secara umum, Gun Gun memperingatkan bahwa tren pertumbuhan ekonomi Lampung menunjukkan perlambatan. Ia menekankan bahwa jika Lampung ingin membaik dari tahun 2024 ke 2029, peningkatan 0,24% dari tahun sebelumnya sudah akan menjadi motivasi besar. "Lampung sebenarnya sudah on the track," kata Gub Gun.
"Dari sisi penduduk produktif, semakin banyak penduduk produktif dan lulusan perguruan tinggi yang bekerja, semakin tinggi pertumbuhan ekonominya," sambungnya.