Pengamat Unila Ingatkan Pentingnya Hilirisasi dan Penguatan Pasar Kopi Lampung

Pengamat Unila menekankan hilirisasi dan strategi pemasaran penting untuk mendukung produksi kopi Lampung.-FOTO IST -
BANDARLAMPUNG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung terus berupaya memperkuat posisinya sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia. Salah satu langkah terbaru adalah penerapan sistem pagar dalam budi daya kopi robusta untuk meningkatkan produktivitas.
Pengamat ekonomi pertanian Universitas Lampung (Unila) Teguh Endaryanto menyambut baik inovasi ini. Namun, ia mengingatkan bahwa peningkatan produktivitas harus dibarengi dengan hilirisasi dan penguatan pasar.
“Lampung memang tengah gencar mengembangkan kopi, terutama di Tanggamus dan Lampung Barat. Tapi yang harus didorong bukan hanya jumlah tanamannya, melainkan produktivitasnya,” kata Teguh saat ditemui di Sekretariat KADIN Lampung, Jumat (29/8/2025).
Menurutnya, produktivitas kopi di Lampung saat ini masih rendah, rata-rata hanya sekitar 1 ton per hektare. Karena itu, petani perlu menerapkan teknik budidaya modern, termasuk Good Agriculture Practice (GAP), pemangkasan, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Ia menilai sistem pagar sebagai bagian dari teknologi budidaya yang perlu dibuktikan efektivitasnya, terutama pada lahan berbukit atau miring. “Budidaya harus ditingkatkan, dan pelatihan SDM juga harus diperkuat agar kopi Lampung bisa berkembang lebih baik,” jelasnya.
Selain itu, Teguh menekankan pentingnya hilirisasi produk. Ia menyayangkan masih banyak petani hanya menjual biji kopi kering. “Kalau produktivitas sudah naik, hilirisasi harus berjalan. Jangan hanya menjual biji kering, tapi juga bubuk atau produk turunan lain,” ujarnya.
Aspek pasar, lanjut Teguh, juga tidak boleh diabaikan. Produksi dan hilirisasi harus diiringi strategi pemasaran agar harga tetap stabil. “Industri di Lampung harus diperkuat, tapi jangan lupa pasarnya. Kalau tidak, harga bisa jatuh,” tegasnya.
Teguh menambahkan, kolaborasi pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi sangat penting untuk mengawal pengembangan kopi Lampung. Selain itu, aspek perdagangan internasional juga harus diperkuat agar kopi Lampung semakin berdaya saing di pasar global.
Diketahui Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Perkebunan terus berupaya memperkuat posisi Lampung sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Tahun 2025, berbagai inovasi budidaya digencarkan, salah satunya penerapan sistem pagar pada tanaman kopi robusta.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ir. Yuliastuti, M.T.A, menjelaskan bahwa sistem pagar memungkinkan jarak tanam lebih rapat sehingga jumlah pohon per hektare bisa meningkat dua kali lipat.
“Jika sebelumnya rata-rata hanya 2.000–2.500 batang per hektare, dengan sistem pagar bisa mencapai 4.000 batang. Asumsinya satu batang menghasilkan satu kilogram kopi, maka produksi dapat naik hingga 4 ton per hektare,” ungkap Yuliastuti saat konferensi pers di Ruang Video Conference Dinas Kominfotik Provinsi Lampung, Kamis (28/8/2025).
Berdasarkan data BPS 2025, luas perkebunan kopi di Lampung mencapai 152.507 hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 138.000 hektare merupakan tanaman menghasilkan, 6.800 hektare belum menghasilkan, dan 6.800 hektare masuk kategori tua serta rusak.
Saat ini produksi kopi Lampung rata-rata 120.377 ton per tahun, atau masih di bawah 2 ton per hektare. Namun, sejumlah petani binaan telah mampu memproduksi hingga 3,5 ton per hektare melalui teknik budidaya intensif.