Lampung Peringkat Lima Penyumbang TKI

Ilustrasi pekerja migran Indonesia.--FOTO ANTARA/ASWADDY HAMID
JAKARTA - Seiring dinamika globalisasi dan meningkatnya kompleksitas kebutuhan hidup, banyak masyarakat Indonesia memilih bekerja di luar negeri untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi. Bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) menjadi salah satu jalan yang dipilih demi memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan keluarga. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), hingga Februari 2025 tercatat 49.015 orang telah berangkat sebagai pekerja migran. Yakni 25.642 orang pada Januari 2025 dan 23.373 orang pada Februari 2025. Para pekerja migran ini berasal dari berbagai provinsi. Namun, ada 10 provinsi yang menjadi penyumbang TKI terbanyak.
Pertama, Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur mengirimkan TKI dan TKW 5.438 orang pada Januari dan 5.827 orang pada Februari. Total sebanyak 11.265 orang. Angka ini menjadikan Jawa Timur sebagai daerah dengan kontribusi terbesar. Banyaknya warga Jawa Timur yang merantau tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi, keterbatasan lapangan kerja lokal, serta jaringan keluarga dan komunitas yang sudah lebih dahulu bekerja di luar negeri.
Kedua, Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat mengirimkan total 9.659 orang dengan rincian 4.638 orang pada Januari dan 5.021 orang pada Februari. Tingginya jumlah ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Barat banyak melihat peluang bekerja di luar negeri sebagai jalan keluar dari keterbatasan ekonomi. Faktor pendidikan dan akses informasi yang lebih baik juga turut mendukung peningkatan jumlah TKI dari provinsi ini.
Ketiga, Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah berada di posisi ketiga dengan total 9.536 orang. Provinsi ini dikenal memiliki tradisi migrasi yang kuat, di mana banyak warganya berangkat bekerja ke luar negeri sejak lama. Selain faktor ekonomi, adanya agen penyalur tenaga kerja yang aktif di daerah ini juga mendorong semakin banyaknya warga yang memutuskan menjadi TKI.
Keempat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). NTB mencatat sebanyak 9.008 orang. NTB sudah lama dikenal sebagai salah satu kantong utama pekerja migran, khususnya ke Malaysia dan Timur Tengah. Keterbatasan lapangan kerja di daerah dan tingginya permintaan tenaga kerja sektor domestik di luar negeri menjadi pendorong utama migrasi dari NTB.
Kelima, Provinsi Lampung yang menyumbang 3.535 orang, terdiri atas 1.733 orang pada Januari dan 1.802 orang pada Februari. Pekerja asal Lampung umumnya banyak terserap di sektor perkebunan dan domestik. Faktor geografis yang dekat dengan jalur transportasi internasional juga menjadi salah satu alasan Lampung cukup aktif dalam mengirim TKI.
Keenam, Provinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan berada di urutan keenam dengan 1.301 orang. Sebagian besar pekerja migran dari provinsi ini bekerja di sektor perikanan, konstruksi, dan domestik. Budaya merantau masyarakat Bugis dan Makassar menjadi salah satu faktor pendorong kuat mengapa Sulawesi Selatan terus menyumbang pekerja migran.
Ketujuh, Provinsi Bali. Meskipun dikenal sebagai destinasi wisata dunia, Bali juga mengirimkan 1.258 orang TKI hingga Februari 2025. Banyak pekerja migran asal Bali memilih sektor pariwisata, domestik, maupun konstruksi di luar negeri. Faktor keterampilan bahasa dan budaya yang cukup adaptif membuat tenaga kerja asal Bali lebih mudah diterima di pasar internasional.
Kedelapan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT mencatat total 627 orang pekerja migran. Provinsi ini memiliki tantangan keterbatasan lapangan pekerjaan dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah. Hal tersebut mendorong banyak warga mencari penghidupan di luar negeri, meski jumlahnya tidak sebesar provinsi lain.