Angka Kematian Bayi di Bandarlampung Capai 72 Jiwa

Plt. Kadiskes Bandarlampung Desti Mega Putri.-FOTO MELIDA ROHLITA-

BANDARLAMPUNG – Dinas Kesehatan (Diskes) Bandarlampung mencatat adanya kasus kematian bayi sepanjang 2024. Meskipun angka kelahiran di kota ini mencapai puluhan ribu jiwa, masih ditemukan puluhan bayi yang tidak berhasil melewati fase awal kehidupan.

’’Jumlah kelahiran di Bandarlampung pada 2024 tercatat 20.656 jiwa. Dari jumlah itu terdapat 72 kasus kematian bayi. Penyebabnya bermacam-macam, mulai kurang usia kandungan, prematur karena anemia, dan lainnya. Namun, data tahun ini belum ada,” ungkap Plt. Kadiskes Bandarlampung Desti Mega Putri, Kamis (24/7).

Desti menjelaskan bahwa untuk menilai apakah jumlah kematian bayi tersebut tergolong tinggi atau rendah secara proporsional diperlukan analisis berdasarkan rumus tertentu yang dikelola oleh Pemprov Lampung. “Ada rumus tertentu untuk menentukan tingkat dan ranking angka kematian bayi secara komprehensif setiap daerahnya. Data dan perhitungan lengkapnya berada di provinsi,” jelas Desti.

Meski demikian, kata Desti, pihaknya menegaskan bahwa Diskes Bandarlampung tidak tinggal diam dan terus menjalankan berbagai program pencegahan guna menekan angka kematian bayi.

’’Langkah-langkah strategis telah dirancang dan dilaksanakan secara berkelanjutan, khususnya menyasar kelompok ibu hamil dan bayi baru lahir yang merupakan kelompok paling rentan. Beberapa langkah yang dioptimalkan, antara lain, peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Yakni pemeriksaan kehamilan yang rutin dan terstruktur untuk mendeteksi risiko sejak dini,” ujar Desti.

Desti menambahkan, pendampingan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional juga terus didorong, baik di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. ’’Kami juga memperkuat program gizi untuk ibu hamil agar kebutuhan nutrisi mereka dan janin terpenuhi. Gizi yang cukup sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi sejak dalam kandungan,” kata Desti.

Selain itu, kata Desti, edukasi serta penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarga turut menjadi bagian penting dari strategi. ’’Diskes juga berfokus pada penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, terutama bagi masyarakat di wilayah padat penduduk atau yang aksesnya masih terbatas. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan juga menjadi perhatian kami, khususnya dalam menangani kondisi kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Kami terus melakukan pelatihan dan pembaruan kompetensi secara berkala,” ujarnya.

Menurut Desti, mencegah kematian bayi tidak cukup hanya dengan mengandalkan tenaga medis. Tapi, lanjut Desti, perlu keterlibatan aktif dari keluarga dan lingkungan sekitar. 

Karena itu, kata Desti, Diskes rutin menggandeng berbagai pihak, mulai dari kader kesehatan hingga tokoh masyarakat, untuk memastikan informasi tentang kesehatan ibu dan bayi tersampaikan dengan baik. “Target kami jelas, yaitu menurunkan angka kematian bayi dari tahun ke tahun. Kami membutuhkan dukungan dari semua elemen masyarakat,” ungkap Desti. (mel/c1/ful)

 

Tag
Share