Masalah Serius jika RI Gagal Negosiasi Tarif dengan AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.--FOTO AP
Ketiga, Ajib mengatakan bahwa dampak tarif AS akan menjadi masalah bagi nilai tukar rupiah. Rupiah berpotensi volatil di hadapan dolar AS sejalan dengan adanya potensi neraca dagang yang terkontraksi akibat kebijakan tarif AS.
"Kita lihat 2025 di kerangka ekenomi makro, pemerintah hanya mematok rupiah sebesar Rp16.000 per dolar AS. Nah ketika nilai terus tereskalasi, maka ini akan jadi masalah tersendiri," sambungnya.
Ajib menambahkan, masalah keempat bagi Indonesia yakni PMI Manufaktur semakin turun. Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami deindustrialisasi yang disebabkan kombinasi faktor domestik dan global.
Terlepas dari hasil negosiasi tarif, Ajib mengatakan, saat ini momentum tepat bagi Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Misalnya, seperti mempercepat hubungan dengan negara-negara ASEAN, BRICS, dan Uni Eropa.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menghidupkan tensi perdagangan global dengan mengirimkan surat resmi kepada lebih dari 30 negara yang berkaitan dengan tarif impor.
Surat itu berisi peringatan bahwa tarif impor yang lebih tinggi akan diberlakukan jika negara-negara tersebut tidak mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat sebelum 1 Agustus 2025.
Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari strategi tarif timbal balik yang diumumkan Trump pada April lalu, meskipun sebagian sempat ditangguhkan.