Sejarah Singkat Hari Raya Idul Adha, Hari Besar Penuh Makna Pengorbanan

Hari Raya Idul Adha memperingati kisah pengorbanan luar biasa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagai wujud ketaatan total kepada Allah SWT. -foto PIXABAY-
JAKARTA – Umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya merayakan Hari Raya Idul Adha, atau yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban. Namun, di balik perayaan dan tradisi penyembelihan hewan kurban, tersimpan sejarah agung yang menjadi pijakan penting dalam ajaran Islam.
Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 Zulhijah dalam kalender Hijriah. Hari besar ini merupakan bentuk penghormatan terhadap ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, kepada perintah Allah SWT.
Sejarah Idul Adha bermula dari perintah Allah kepada Nabi Ibrahim melalui mimpi, agar ia menyembelih putranya, Ismail, sebagai bentuk ujian ketaatan. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim menyampaikan perintah itu kepada putranya, dan Ismail pun dengan ikhlas menerimanya.
BACA JUGA:Berkah Idul Adha: Pedagang Panggangan hingga Hewan Kurban Kebanjiran Order
“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” demikian respons Ismail, seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ash-Shaffat ayat 102.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah mengganti tubuh Ismail dengan seekor domba dari surga. Peristiwa ini menjadi simbol puncak kepatuhan dan keimanan kepada Sang Pencipta.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa tersebut, umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban – seperti kambing, sapi, atau unta – selama tiga hari setelah Idul Adha (hari tasyrik). Daging kurban tersebut dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat, untuk menumbuhkan solidaritas sosial.
Ustaz Muhammad Zaidan, pengajar fikih di salah satu pesantren di Jakarta, menegaskan bahwa Idul Adha tidak hanya ritual fisik, tetapi juga sarana untuk mendidik jiwa.
“Idul Adha adalah momentum untuk belajar ikhlas, menumbuhkan empati, dan memperkuat iman. Semangat berkurban bukan hanya soal menyembelih hewan, tapi juga siap berkorban demi kebaikan yang lebih besar,” ujar Ustaz Zaidan, Minggu (1/6/2025).
Idul Adha adalah salah satu hari besar dalam Islam yang penuh dengan pelajaran kehidupan. Tidak hanya mengingatkan kita akan ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tapi juga mendorong umat Islam untuk selalu mengutamakan perintah Allah, berkorban, dan berbagi kepada sesama.
Perayaan ini menjadi pengingat tahunan bahwa iman sejati tercermin dari keikhlasan dan kesiapan untuk menomorsatukan kehendak Ilahi dalam setiap aspek kehidupan.
Perayaan Idul Adha setiap tahunnya menjadi momentum penting dalam kalender umat Islam. Bukan sekadar hari raya, tetapi sebuah perenungan paripurna tentang makna pengorbanan, cinta, dan ketaatan total kepada Sang Pencipta. Idul Adha bukan hanya tentang prosesi penyembelihan hewan kurban, tetapi juga cermin sejarah umat manusia dalam menjalani ujian kehidupan.
M. Hasan Chabibie, kolumnis dan pemerhati pendidikan Islam, menuliskan refleksinya bahwa Idul Adha adalah momen untuk mengenang kisah monumental Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebuah kisah kepasrahan dan cinta, ketika keduanya tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.
"Idul Adha adalah kisah ribuan tahun tentang pengabdian dan keteladanan. Hari ini adalah cermin sejarah peradaban Islam yang dibangun di atas dasar pengorbanan dan cinta kepada Allah," tulisnya, Minggu (1/6/2025)