Petani Sang Tabib Tanaman Penjaga Kesempurnaan Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Novita, Koordinator Wilayah Jaringan Kearifan Tradisional Indonesia (JKTI) Lampung dan anggota Ikaperta Unila -FOTO IST-
Kenyataannya, petani kita tidak menjadi kaya, malah terjerat hutang pada para tengkulak atau toko pertanian yang memberi hutangan pupuk, benih dan pestisida. Dan saat panen, hasilnya untuk membayar hutang.
Kembalilah menjadi petani yang merasa cukup disediakan alam. Ini bisa mengurangi ketergantungan pada asupan kimia, dan akan mengembalikan perekonomian petani untuk tidak terlilit hutang. Swasembada pangan yang mengeksploitasi alam, hanya memberikan hasil produksi tinggi untuk jangka pendek, sedangkan jangka panjangnya tanah-tanah menjadi tandus, ledakan hama dan membuat kerusakan ekosistem.
Seperti kata-kata bijak Mahatma Gandi, ” The world has enough for everyone’s needs, but not everyone’s greed” (“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua orang, tetapi tidak untuk memenuhi keserakahan semua orang.”).
Jadilah petani yang mampu mendiagnosa penyakit tanaman, lalu mengobati dengan pengetahuan yang telah diberikan dari nenek moyang dengan ramuan-ramuan yang ada di alam. Memanfaatkan alam adalah bentuk penghargaan manusia terhadap semua mahluk ciptaan Tuhan dan mensyukuri hasil karya Sang Khalik yang telah dibuat secara sempurna.
Bersiaplah dan banggalah mendapat julukan tabib tanaman. Jangan menjadi takut dengan propaganda kata-kata tabib atau dukun yang diidentikkan berhubungan dengan ilmu hitam. Sejatinya tabib atau dukun zaman dahulu adalah orang-orang pilihan yang memiliki kemampuan terutama di pengobatan. Merdeka dan mandirilah petani Indonesia. (*)
*) Koordinator Wilayah Jaringan Kearifan Tradisional Indonesia (JKTI) Lampung dan anggota Ikaperta Unila