Trauma dan Harapan WNI di Tengah Konflik Suriah
Editor: Syaiful Mahrum
|
Jumat , 25 Apr 2025 - 07:43

BEDAH BUKU DAN FILM: Bedah buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah" dan film dokumenter "Road to Resilience" di Unila.--FOTO MELIDA ROHLITA
Isi Buku ''Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah" dan Film ''Road to Resilience''
BANDARLAMPUNG – Fenomena Foreign Terrorist Fighters (FTF) telah menjadi tantangan global yang kompleks sejak kebangkitan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dampaknya tidak hanya terasa secara internasional, tapi juga menyentuh Indonesia.
Di antaranya, ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang terdampar di kamp pengungsian Suriah menghadapi stigma negatif masyarakat. Meskipun, alasan kepergian mereka sering kali berakar pada berbagai faktor yang rumit.
Guna menjawab tantangan ini, Ruangobrol.id. memperkenalkan pendekatan holistik melalui konsep 5R: repatriasi, rehabilitasi, relokasi, reintegrasi, dan resiliensi. Konsep ini bertujuan menciptakan pemahaman komprehensif bagi pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Pendekatan ini dipaparkan secara mendalam dalam buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah" dan film dokumenter "Road to Resilience" yang diluncurkan pada 27 Februari 2025.
Sebagai bagian dari kampanye edukasi, diskusi buku dan pemutaran film ini digelar di Universitas Lampung (Unila) pada 24 April 2025. Acara yang dihadiri oleh mahasiswa, organisasi pemuda, dan LSM ini menjadi ajang diskusi interaktif tentang trauma, reintegrasi, dan harapan bagi para returnees.
“Acara ini sangat positif untuk menambah wawasan dan empati, terutama bagi mahasiswa kita. Melalui buku dan film ini, kita diajak memahami bagaimana trauma di zona konflik dapat diatasi dengan dukungan serta rehabilitasi yang memadai,” ujar Prof. Sunyono, wakil rektor III Unila, dalam sambutannya.
Penulis buku, Dr. Noor Huda Ismail, yang juga seorang jurnalis, berbagi pengalaman pribadinya membantu proses repatriasi 18 WNI dari Suriah pada 2017.
“Kemanusiaan dan harapan selalu menjadi bagian dari setiap langkah. Buku ini tidak hanya mengupas radikalisasi, tetapi juga menyajikan narasi mendalam tentang perjuangan, empati, dan masa depan," ujar Noor.
Sementara film "Road to Resilience" menceritakan kisah nyata Febri, seorang remaja Indonesia yang terjebak dalam janji manis ISIS. Setelah kembali ke Indonesia, Febri menghadapi stigma dan tantangan besar dalam memulai hidup baru. Namun, kisahnya berujung haru ketika ia berhasil menyelesaikan pendidikan dan merayakan wisuda bersama kedua orang tuanya.
“Film ini tidak hanya menyoroti perjuangan pribadi, tetapi juga upaya besar untuk pemulihan eks ISIS ke dalam masyarakat,” jelas Noor.
Febri tokoh asli yang turut hadir dalam acara ini menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap nilai kemanusiaan.
“Masih banyak anak dan perempuan di lokasi rentan. Saya berharap buku ini bisa membuka mata masyarakat tentang pentingnya informasi yang akurat dan empati,” ujar Noor.
"Ini diharapkan menjadi langkah awal membangun pemahaman dan dukungan masyarakat dalam reintegrasi sosial para returnees. Melalui buku dan film ini, masyarakat dapat lebih aware dengan nilai kemanusiaan seseorang dan lebih spesifik lagi dalam menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya. Saring sebelum share it," ungkap Noor. (*)