Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD4,33 M

SURPLUS: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD4,33 miliar atau naik USD1,23 miliar secara bulanan.--FOTO ISTIMEWA

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD4,33 miliar atau naik USD1,23 miliar secara bulanan.

’’Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/4).

 

Amalia menjelaskan, surplus pada Maret 2025 lebih ditopang oleh komoditas non-migas yang mencapai USD6 miliar. Adapun komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewan nabati atau HS15, bahan bakar mineral HS27, serta besi dan baja atau HS72.

 

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,67 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Sementara dilihat dari negara mitra dagang, pada Maret 2025 Indonesia mengalami surplus perdagangan barang pada kelompok non-migas dengan beberapa negara. Tiga terbesar di antaranya adalah Amerika Serikat USD1,98 miliar, India USD1,04 miliar, dan Filipina USD0,71 miliar.

 

"Namun, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga defisit yang terbesar adalah Tiongkok USD1,11 miliar, Australia USD0,35 miliar, dan Thailand USD0,195 miliar," jelas Amalia.

 

Lebih rinci, Amalia menyebut komoditas penyumbang surplus non-migas terbesar pada Maret 2025 dengan Amerika seperti biasa ini didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya alas kaki HS64, lemak, dan minyak hewan nabati HS15. 

 

Kedua, dengan India surplus terbesar disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral atau HS27. Kemudian lemak dan minyak hewan. HS15, besi, dan baja HS72.

 

Tag
Share