Perang Dagang AS-China Memanas

-grafis edwin/radar lampung-
//Indonesia Diingatkan Manfaatkan Peluang Strategis//
JAKARTA– Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memuncak setelah Presiden AS, Donald Trump, secara resmi mengumumkan kebijakan tarif terbaru yang dinilai sangat agresif.
Dalam pengumuman resminya, Trump menegaskan penangguhan kenaikan tarif selama 90 hari untuk seluruh negara, kecuali China yang justru dikenai tarif tinggi mencapai 125%.
Langkah ini menegaskan posisi China sebagai musuh utama dalam strategi ekonomi pemerintahan Trump. “China sudah terlalu lama mempermainkan pasar dunia. Sekarang waktunya membayar,” tulis Trump dalam unggahan media sosialnya.
Ia juga menambahkan bahwa tarif terhadap produk asal China akan diberlakukan secara efektif segera. Sementara mayoritas negara lain bisa kembali ke tarif dasar 10%, China justru menerima tekanan besar. Meksiko dan Kanada tetap dikenai tarif 25%, namun hanya untuk produk yang tidak sesuai perjanjian dagang USMCA.
Trump menyebut keputusan ini sebagai bentuk ”fleksibilitas” kebijakan, namun tegas menyatakan bahwa pintu negosiasi bagi China belum dibuka.
Kebijakan ini memicu reaksi keras dari Beijing. Pemerintah China segera membalas dengan mengenakan tarif balasan sebesar 84% untuk produk-produk asal AS. Tiongkok menyebut langkah AS sebagai ”kesalahan besar” yang mengancam stabilitas perdagangan global.
BACA JUGA:Wali Kota Bandar Lampung Buka Bimbingan Manasik untuk 1.471 Calon Jamaah Haji
Namun, Wendong Zhang, pakar ekonomi dari Cornell University, menyatakan bahwa China kini jauh lebih siap menghadapi tekanan. “Dengan dukungan publik yang kuat dan strategi penguatan pasar domestik, China siap bertarung sampai akhir,” ujarnya.
Ketegangan perang dagang antara AS dan China ini, menjadi sorotan penting bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menyebut langkah AS sebagai “nafas lega” yang perlu dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam peta perdagangan global.
“Ini momentum penting untuk konsolidasi kebijakan dagang, khususnya dengan Amerika Serikat,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/4).
Fakhrul menilai bahwa perang dagang ini membuka peluang re-shoring dari negara seperti China, Vietnam, dan Bangladesh.
BACA JUGA:Prabowo Siap Bentuk Satgas Khusus Tangani PHK Massal, Libatkan Pemerintah hingga Akademisi