Perang Dagang AS-China Memanas

-grafis edwin/radar lampung-

Menurutnya, Indonesia bisa meraih keuntungan dengan memperkuat industri berorientasi ekspor seperti tekstil, garmen, sepatu, dan furnitur. Namun, ia mengingatkan pentingnya deregulasi, terutama dalam perizinan usaha dan kemudahan ekspor.

“Pemerintah harus mempercepat kebijakan yang memudahkan pelaku usaha. Ini sangat krusial saat ini,” tegasnya.

Ia juga menyarankan agar Indonesia memanfaatkan peluang impor strategis dari AS di sektor perminyakan, bahan kimia, hingga pangan. 

Selain itu, regulasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga perlu dievaluasi. “Banyak investor dari AS tertarik masuk, tapi terhambat oleh aturan TKDN yang terlalu ketat,” katanya.

Fakhrul juga mengingatkan pentingnya penguatan ekonomi domestik untuk mengantisipasi volatilitas ekonomi menjelang 2025 yang diprediksi penuh tantangan. “Kita harus mulai memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal,” ujarnya.

Sementara itu, Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates sekaligus penasihat ekonomi Danantara, turut memberikan pandangan terkait kebijakan tarif Trump. Dalio menekankan pentingnya negosiasi yang sehat untuk menciptakan solusi saling menguntungkan antara dua negara ekonomi terbesar dunia itu.

Dalam pernyataannya, Dalio menyebut bahwa tarif hanyalah solusi jangka pendek yang berisiko memperparah ketegangan global. Ia berharap Trump dan Xi dapat mencapai kesepakatan strategis, termasuk soal nilai tukar yuan terhadap dolar AS.

“Amerika dan China perlu bernegosiasi tentang penguatan RMB melalui penjualan aset dolar oleh China, serta pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter di sana. Ini bisa jadi solusi win-win,” ujar Dalio.

BACA JUGA:Unpad Klarifikasi Kasus Kekerasan Seksual di RSHS: Hanya Satu Mahasiswa PPDS Terlibat

Sebagai penasihat Danantara, Dalio juga menekankan pentingnya kerja sama global untuk menstabilkan perdagangan internasional. Ia mendorong Amerika untuk mengurangi defisit menjadi 3% dari PDB agar bisa memperbaiki ketidakseimbangan ekonomi struktural.

Dalio memperingatkan bahwa penggunaan tarif secara luas bisa menjadi bumerang. “Akan ada perubahan besar yang harus dilakukan terhadap struktur utang dan kebijakan moneter jika ingin mengatasi masalah ketidakseimbangan ini,” jelasnya.

Melihat dinamika global ini, pemerintah Indonesia dinilai perlu merespons dengan kebijakan perdagangan yang adaptif dan cermat. 

Penunjukan Dalio sebagai penasihat Danantara dinilai strategis dalam memberikan arahan investasi dan kebijakan jangka panjang. Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat daya saing dan menarik relokasi industri global. (disway/yud)

Tag
Share