Dilema Moral dalam Pendidikan dan Politik

Radar Lampung Baca Koran--
Era Orde Baru adalah era yang mengejar pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan trilogi pembangunan, yaitu pemerataan hasil pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan stabilitas nasional.
Selain memperoleh pendidikan moral dan karakter yang baik, mereka juga melihat dan merasakan adanya korupsi, yang belangsung sampai tahun 1998.
Perilaku korup itu telah memberikan pelajaran kepada generasi yang saat itu telah dewasa. Sebagaimana yang diungkapkan Gus Mus, salah satu warisan Orde Baru adalah korupsi.
Kondisi kontradiksi antara moral dan korupsi menghasilkan pembelahan, antara mereka yang berpegang kuat pada moral dan mereka yang terpengaruh dengan godaan materi dan memilih jalan korupsi.
Sayangnya, mereka yang berpegang teguh pada moral lebih sedikit jumlahnya daripada mereka yang lebih berorientasi pada materi.
Pengaruh lingkungan dalam pendidikan memang cukup kuat sebagaimana diteorikan Bandura. Meskipun mereka dididik (diproses) dengan baik, jika lingkungan makronya buruk, akan berpengaruh terhadap hasilnya (output). Lingkungan tidak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga memengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
LINGKUNGAN
Sejak Orde Baru, orientasi pembangunan di Indonesia selalu mengejar pertumbuhan ekononi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan suatu rezim. Seperti saat ini, Presiden Prabowo juga mencanangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen. Itu membuktikan bahwa orientasi pembangunan dan hidup sebagian masyarakat adalah mengejar materi (materialisme).
Di sisi lain, globalisasi juga sangat berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat. Globalisasi telah mengakibatkan kapitalisme menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Penyebaran kapitalisme juga disertai ibu kandungnya, yaitu individualisme dan liberalisme.
Individualisme telah mengikis sikap gotong royong yang menjadi karakter bangsa Indonesia. Sebab, orang lebih mengutamakan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Individualisme dan materialisme telah melahirkan keserakahan yang menjadi penyebab terjadinya korupsi.
Perkembangan teknologi sebagai akibat dari revolusi industri juga memberikan kontribusi terhadap perilaku korup, melalui gaya hidup yang konsumtif dan suka pamer. Teknologi internet of things (IoT) yang bisa menyebarkan informasi dengan mudah dan cepat ke seluruh dunia menjadi arena untuk menampilkan ke-aku-an (individualisme).
Mereka mengonstruksi diri sebagai orang hebat dengan meniru gaya hidup para selibritas maupun para tokoh. Akibatnya, perilaku konsumtif tidak bisa dihindari.
Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan moral akan menjadi pendorong perilaku korupsi melalui sikap individualis dan konsumerisme. Saat ini sebagian besar bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, orientasi hidupanya lebih cenderung ke arah individualis, materialis, dan hedonis, yang semua itu menjadi faktor pendorong korupsi.