UNIOIL
Bawaslu Header

Miris, Warga Lampung Utara Terpaksa Tinggal di Bekas Kandang Kambing

Pasangan suami-istri di Desa Sukamaju, Lampung Utara, terpaksa tinggal di gubuk reyot bekas kandang kambing. Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk mendapatkan rumah layak huni. -FOTO IST -

LAMPUNG UTARA - Kondisi yang memprihatinkan dialami pasangan suami-istri bersama tiga anak mereka di Lampung Utara. Mereka terpaksa tinggal di bekas kandang kambing karena tidak mampu memiliki tempat tinggal yang layak.

Deri Supriyadi (34), warga Desa Sukamaju, Kecamatan Abungtinggi, hidup pasrah bersama istrinya dan tiga anak kecilnya. Keluarga ini bertahan di gubuk reyot berukuran 2 x 2 meter yang dulunya digunakan sebagai kandang kambing milik kerabatnya.

Berbagai upaya telah dilakukan Deri untuk memperoleh bantuan rumah layak huni dari pemerintah. Namun, harapannya selalu kandas. Meskipun Pemerintah Lampung Utara setiap tahun menganggarkan dana untuk bantuan rumah layak huni, hingga kini mereka masih tinggal dalam kondisi yang memprihatinkan.

BACA JUGA:BMKG Prediksi Lampung Kembali Hujan Deras

Deri sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan di desanya, namun pendapatannya seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi untuk membangun rumah yang layak. "Setiap tahun ada saja yang datang mengumpulkan data dan mengusung janji akan diberikan bantuan rumah layak huni, tapi sampai sekarang tidak ada yang terealisasi," ujar Deri saat menerima kunjungan awak media pada Minggu, 23 Februari 2025.

Tidak hanya Deri yang merasakan kesulitan hidup ini. Di pedukuhan tersebut, terdapat beberapa warga lain yang mengalami nasib serupa. Husairi dan Dedi Sanjaya, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Deri, juga merasakan pahitnya janji-janji bantuan rumah yang tak kunjung tiba.

Husairi mengungkapkan kekecewaannya terhadap skala prioritas penyaluran bantuan rumah layak huni di desanya. "Banyak yang menerima bantuan rumah dari pemerintah Kabupaten Lampung Utara, tapi kebanyakan mereka yang terlihat mampu, bukan orang miskin seperti kami," ungkapnya. Mereka hanya bisa bertahan di gubuk reyot yang berdinding pelupuh bambu karena tidak memiliki cukup uang untuk membangun rumah.

"Saat ini hanya BLT-DD yang membantu menyambung hidup kami. Syukur Alhamdulillah masih ada bantuan yang kami terima. Semoga saja ada harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kami," tambahnya dengan suara lirih.

Kondisi ini menggambarkan betapa beratnya perjuangan hidup keluarga-keluarga miskin di daerah tersebut, yang terus berjuang menghadapi kerasnya kehidupan dengan harapan akan adanya bantuan yang lebih tepat sasaran dari pemerintah. (ozy/c1/abd)

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan