UNIOIL
Bawaslu Header

Memahami Teknologi Pendidikan Secara Kafah

ILUSTRASI: Memahami teknologi pendidikan secara kafah.-FOTO MAULANA PAMUJI GUSTI/HARIAN DISWAY-

Pemanfaatan TP akan membantu guru dalam menyajikan materi pembelajaran secara lebih menarik dan interaktif melalui penggunaan video edukasi, simulasi digital, dan gamifikasi pembelajaran.

Melalui LMS, guru dipermudah untuk mengatur materi, tugas, dan penilaian secara terstruktur. Pemanfaatan TP berbentuk AI dalam pendidikan juga diyakini akan memberikan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi sebagaimana kebutuhan murid.  

Karena TP adalah kombinasi dari alat, metode, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, dengan berkembangnya teknologi digital, TP terus berkembang untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik bagi guru dan murid di berbagai lingkungan pendidikan. 

Itu membuat TP menjadi salah satu elemen penting dalam dunia pembelajaran modern. Sayang, seiring dengan berkembangnya teknologi, muncul berbagai kesalahpahaman atau miskonsepsi yang sering kali menghambat pemanfaatan optimal TP. 

Pertama, TP hanya tentang perangkat keras dan lunak. Banyak orang beranggapan bahwa TP hanya melibatkan penggunaan perangkat keras seperti komputer, tablet, atau proyektor serta perangkat lunak seperti aplikasi pembelajaran atau platform e-learning. 

Padahal, TP mencakup lebih dari sekadar alat. TP melibatkan pendekatan pedagogis, desain pembelajaran, dan strategi implementasi yang efektif untuk mendukung proses belajar-mengajar.

Kedua, TP akan otomatis membuat pembelajaran menjadi lebih baik. Anggapan bahwa penggunaan teknologi secara otomatis meningkatkan kualitas pembelajaran adalah salah kaprah. Teknologi hanyalah alat. 

Efektivitasnya bergantung pada bagaimana alat tersebut digunakan. Tanpa strategi pedagogis yang tepat, teknologi tidak akan memberikan dampak signifikan pada hasil belajar.

Ketiga, semua guru dapat langsung menerapkan TP dengan baik. Meski TP dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran, tidak semua guru memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menggunakannya secara efektif.

Pelatihan dan dukungan berkelanjutan sangat penting agar guru dapat memanfaatkan TP dengan optimal. 

Keempat, TP menggantikan peran guru. Salah satu ketakutan yang sering muncul adalah TP akan menggantikan peran dan fungsi guru. Faktanya, TP dirancang untuk mendukung dan memperkuat peran guru, bukan menggantikannya. Guru tetap memiliki peran sentral dalam membimbing, menginspirasi, dan menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan murid. 

Kelima, semua bentuk TP cocok untuk semua murid. Kenyataannya, tidak semua TP cocok untuk semua murid. Setiap murid memiliki kebutuhan, gaya belajar, dan preferensi yang berbeda. Karena itu, penting untuk memilih TP yang sesuai dengan kebutuhan individu dan konteks pembelajaran. 

Keenam, TP hanya relevan untuk pembelajaran online. TP sering dikaitkan dengan pembelajaran daring, tetapi sebenarnya TP juga sangat relevan dalam pembelajaran tatap muka. Misalnya, penggunaan papan tulis interaktif, aplikasi VR dan AR. 

Ketujuh, penerapan TP membutuhkan biaya tinggi. Muncul anggapan bahwa TP selalu membutuhkan investasi besar. Padahal, banyak solusi TP yang terjangkau atau bahkan gratis, yang bisa memanfaatkan teknologi yang tersedia sehingga dapat mengatasi kendala biaya.

Memahami dan mengatasi miskonsepsi tentang TP adalah langkah penting untuk memaksimalkan manfaatnya dalam proses pembelajaran.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan