Menabung saat Hujan, Memanen saat Kemarau
Oleh: Mutiara Fajar. Dosen Teknik Lingkungan Itera (Kelompok Keilmuan Pengelolaan Air Bersih dan Air Limbah)
SEJAK kecil, kita diajarkan untuk terbiasa menabung agar kelak bisa dirasakan manfaatnya. Menabung identik dengan kegiatan menyimpan uang.
Saat kata ’’menabung” disandingkan dengan ’’air hujan”, maka objeknya akan berubah. Bukan lagi menyimpan uang, melainkan menyimpan air hujan.
Agus Maryono, pakar hidrologi UGM, menjelaskan, menabung air hujan bisa menyelesaikan dua permasalahan sekaligus. Yaitu mengatasi banjir dan kekeringan.
Indonesia, negara tropis dengan curah hujan cukup tinggi, mengalami banjir dan kekeringan di beberapa daerah akibat pola hujan yang berbeda.
Dua hal ini yang akan disatukan sebagai tujuan dari gerakan menabung air hujan.
Beberapa kegiatan ’’menabung” yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat saluran penghubung antara talang atap dengan tangki penampungan, seperti ilustrasi.
Cara lainnya, dengan membuat kolam penampungan yang didesain mampu meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah. Sehingga ketika hujan deras, air tidak meluap.
Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup baru-baru ini mencetak Rekor Muri dengan pembuatan 1 juta lubang resapan biopori. Hal ini akan meningkatkan potensi peresapan air hujan ke dalam tanah.
Semakin banyak resapan yang dibuat, semakin banyak jumlah tabungan air hujan yang dimiliki.
Kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk bisa memanennya. Bisa jadi hasilnya tidak dirasakan saat ini, tapi bisa diwariskan untuk generasi yang akan datang.
Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, kegiatan menabung air hujan juga dapat dijadikan sebagai sumber air alternatif pada fasilitas umum.
Seperti hasil penelitian Hardisurya dkk. (2021) dijelaskan bahwa Masjid Airan Raya, Lampung Selatan, berpotensi untuk menabung air hujan sebesar 243,92 m3/bulan.
Hal ini diprediksi mampu mengurangi jumlah pemakaian air tanah sebagai sumber utama di masjid tersebut.
Setelah memahami pentingnya gerakan menabung air hujan, sudah selayaknya kita melakukan apa yang bisa dilakukan. Dimulai dari hal sederhana, hingga nanti bisa menjadi contoh bagi sesama. (*)