Taksi Terbang dan Mobil Terapung Bisa Jadi Solusi Masalah Konektivitas

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menerima kunjungan Chery Motor.--FOTO ANTARA

 

Menjalin kolaborasi dengan perusahaan luar negeri seperti Volocopter, lanjut Ikaputra, menjadi langkah penting dalam memastikan implementasi teknologi ini sesuai dengan standar internasional. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa pengoperasian taksi terbang ini dapat diakses secara inklusif oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh kalangan tertentu.

 

”Pengembangan taksi terbang ini nantinya dipastikan akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya penyediaan landasan vertikal (vertiport) di kawasan urban yang padat,” ujar Ikaputra.

 

Ikaputra menuturkan, tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru tersebut juga memerlukan sosialisasi yang masif. Diperlukan regulasi terkait keamanan penerbangan yang terintegrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada.

 

Tidak hanya mengurangi kemacetan, menurut Ikaputra, teknologi taksi terbang bakal mampu membuka akses ke daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Keberhasilannya, akan sangat bergantung pada kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mendukung pengembangannya.

 

”Taksi terbang tidak hanya menawarkan solusi kemacetan di kota-kota besar, tetapi juga membuka peluang besar untuk transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan mendukung pengembangan wilayah terpencil, termasuk IKN Nusantara,” terang Ikaputra.

 

Dosen Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri Fakultas Teknik UGM Gesang Nugroho mengatakan, keberadaan passenger drone atau drone penumpang sebagai taksi terbang diperlukan karena beberapa alasan. Selain tingginya kepadatan jalan akibat tingginya kepemilikan kendaraan bermotor, transportasi itu diperlukan pula karena banyaknya wilayah terpencil yang sulit diakses oleh alat transportasi eksisting. Serta kebutuhan untuk penanganan darurat seperti ambulans yang sering terjebak kemacetan.

 

”Drone penumpang adalah kendaraan terbang otonom yang dirancang untuk mengangkut penumpang, sementara AAV (Autonomous Aerial Vehicle) merujuk pada kendaraan udara yang sepenuhnya otonom, tidak memerlukan pengemudi, dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk mengangkut penumpang, pengiriman barang, serta pemantauan udara,” jelas Gesang Nugroho. (jpc/c1)

 

Tag
Share