Penjualan Eceran Naik 1,7% pada November 2024

ANTRE: Warga mengantre untuk melakukan pengisian BBM di salah satu SPBU di Jakarta.--FOTO MIFTAHUL HAYAT/JAWA POS
Namun, sektor otomotif tampaknya menghadapi tantangan berat pada 2025. Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto pesimistis terhadap penjualan mobil baru. Kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen dan penerapan opsen pajak daerah disebutnya bisa membuat harga mobil naik drastis.
’’Kondisi ini dikhawatirkan justru kontraproduktif karena kenaikan harga terlalu besar,” ungkap Jongkie.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno. Ia menyebut kenaikan harga mobil akan memengaruhi daya beli masyarakat dan besaran uang muka (DP) yang harus dibayar konsumen.
’’DP adalah faktor krusial dalam keputusan membeli kendaraan. Jika harga naik signifikan, ini akan memengaruhi keputusan konsumen,” ujarnya.
Suwandi menargetkan pertumbuhan pasar multifinance tahun depan di angka 8–10 persen. Namun, target ini bisa direvisi jika proyeksi penjualan mobil oleh Gaikindo berubah. ’’Kalau target penjualan turun dari 1 juta unit menjadi 600–700 ribu unit, kami akan menyesuaikan target multifinance kami,” ungkapnya. (jpc/ful)