Konektivitas Transportasi di Bandarlampung Penting

DISKUSI PUBLIK: Ahli transportasi UBL Aditya Mahatidanar Hidayat, Ph.D. saat menjadi pemateri Diskusi Publik Bandarlampung Menuju Global Port City. -FOTO ISTIMEWA -

BANDARLAMPUNG - Ahli transportasi Universitas Bandar Lampung (UBL) Aditya Mahatidanar Hidayat, Ph.D. menjadi pemateri Diskusi Publik Bandarlampung Menuju Global Port City. Diskusi publik yang dilaksanakan di Radisson Hotel Lampung belum lama ini diselenggarakan Bapennas, Itera, dan Pemkot Bandarlampung.

Aditya menjelaskan pentingnya memahami konektivitas transportasi. ’’Misalnya mengenai Pelabuhan Panjang sebagai pelabuhan barang internasional menjadi pusat pengiriman dan distribusi barang. Kemudian infrastruktur darat seperti Jalan Tol Trans Sumatera, Jalan Lintas Sumatera, jaringan jalan nasional, dan rel kereta api mendukung distribusi logistik. Lalu Bandar Udara Raden Intan II mendukung konektivitas udara untuk kebutuhan ekspor dan impor. Tentunya, konektivitas transportasi juga berkaitan dengan pengembangan kawasan Industri," ungkap Aditya. 

Aditya menyampaikan, pengembangan kawasan industri, antara lain, kawasan industri dengan potensi pengembangan industri hilir dan logistik memperkuat rantai pasok. ’’Kemudian zona industri yang terpisah dari kawasan pemukiman untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi distribusi,’’ ujarnya.

Karena itu, Aditya menyarankan adanya utilitas pendukung, seperti infrastruktur energi seperti jaringan listrik dan gas bumi mendukung operasional industri. ’’Lalu sistem pengelolaan air minum, limbah, dan persampahan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan,’’ katanya.

BACA JUGA: Mahasiswa Itera Diharapkan Berinovasi dan Memperluas Pemanfaatan Energi

Selain itu, Aditya juga menyarankan di Bandarlampung sebaiknya memperkuat pengembangan investasi dan ekonomi. "Ini karena potensi Bandarlampung sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala nasional maupun global. Perlu diperkuat pengembangan investasi dan ekonomi di Kota Tapis Berseri ini," ungkapnya. 

Terlebih, kata Aditya, dukungan sektor unggulan seperti transportasi dan pergudangan, perdagangan, industri manufaktur, serta infrastruktur penataan kawasan dan ruang terbuka hijau (RTH) atau lainnya.

Kendati demikian, Aditya juga menyadari bahwa berbagai tantangan yang tejadi di Bandarlampung. ’’Karena mulai banyaknya kawasan industri sehingga terkadang terjadi kemacetan jalan utama. Lalu belum optimalnya transportasi umum dan kebutuhan perbaikan infrastruktur dasar. Juga ancaman lingkungan seperti pencemaran air, sampah, serta risiko bencana alam seperti banjir dan tsunami.

Aditya menyarankan perlu adanya konektivitas transportasi dengan pengembangan kawasan industri serta penataan kawasan pesisir dan pelabuhan. ’’Antara lain, revitalisasi kawasan pesisir Teluk Lampung. Misalnya, melakukan pembangunan kawasan rekreasi pesisir seperti taman pantai dan promenade sepanjang Teluk Lampung.  Kemudian rehabilitasi ekosistem pesisir melalui penanaman mangrove untuk mengurangi abrasi dan mendukung keberlanjutan lingkungan; penataan kawasan sekitar pelabuhan, seperti pembangunan taman industri hijau dengan vegetasi peneduh di sepanjang jalur distribusi logistik; serta pemasangan elemen estetika seperti penghijauan median jalan, trotoar dengan tanaman hias, dan dinding hijau di kawasan industri.  Juga membuat waterfront development pengembangan kawasan tepi laut (waterfront) sebagai area komersial dan rekreasi.  Kemudian pembangunan dermaga wisata untuk kapal pesiar dan kapal nelayan yang terintegrasi dengan fasilitas pelabuhan. Pembangunan taman kota dan ruang terbuka hijau di sekitar kawasan pelabuhan juga diperlukan serta penataan kawasan pesisir teluk lampung untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan," papar Aditya. (*)

 

 

Tag
Share