RAHMAT MIRZANI

Kepala SMK 1 Swadhipa Terancam Diberhentikan

Namun saat ditanya apakah setiap pencairan dana BOS di sekolahnya selalu berganti bendahara, Yuni memberikan jawaban namun tidak dapat dimengerti. ’’Enggak sih, kalau bendahara lama itu. Bendahara waktu itu... Enggak lah, kami yang... Ada bendahara komite, ada bendahara ini kan," jawabnya loncat-loncat dengan banyak jeda.

Sayangnya belum sempat Radar Lampung mengajukan pertanyaan lain lebih jauh, Yuni sudah pamit dengan alasan ada keperluan lain. ’’Ini saya sudah dipanggil, sebentar dulu Mas ya," tutupnya usai menerima panggilan telepon dan berlalu pergi.

Diketahui, Kepala SMK 1 Swadhipa Natar diduga kuat ’’menilap” dana BOS. Sumber Radar Lampung menyebut perilaku tersebut dilakukan sejak yang bersangkutan dua tahun menjabat kepala SMK setempat. Tak tanggung-tanggung, hampir 75 persen dana BOS tersebut diduga masuk kantong pribadinya.  

Sumber ini menceritakan bahwa permasalahan muncul sejak sang oknum menjabat kepala sekolah. ’’Dari pertama dia menjabat (dua tahun terakhir, Red)," katanya, Jumat (24/11) lalu. 

Menurut dia, sang oknum mengajak seorang bendahara untuk melakukan pencairan dana BOS di bank. Namun, lanjutnya, uang tersebut tak pernah sampai ke sekolah, melainkan diduga dibawa pulang. ’’Dia ngambil dana BOS di bank, tetapi terus ya dipegangnya sendiri," jelasnya. 

Padahal, dana tersebut seharusnya dipegang bendahara yang pengelolaannya untuk kepentingan sekolah. Namun di tangan sang oknum kepala sekolah justru sebaliknya. Dana tersebut hampir tak lagi terdengar kabar pengelolaannya. 

Akibatnya, banyak kegiatan dan kepentingan sekolah yang terbengkalai.  Contohnya pengadaan kertas yang kurang dan kegiatan ekstrakurikuler murid yang batal. 

Sumber ini menyebut banyak guru yang kemudian kewalahan karena sangat sulit mengajukan dana demi kepentingan sekolah. Setiap ingin mengajukan dana untuk kegiatan dan pengadaan barang selalu dipersulit dengan berbagai alasan. 

’’Sulit Mas, sulit banget. Alasannya macam-macam. Sampai enggak enak sendiri kita," ungkapnya.

Saking sulitnya, para guru bahkan pernah menggunakan uang pribadi hanya untuk membeli kertas. Tak hanya itu, pada suatu perlombaan di luar sekolah, disebutkannya terpaksa murid-murid yang secara sadar berpatungan demi membiayai perlombaan. 

’’Pernah itu kita mau lomba ke luar sekolah enggak ada duitnya. Untung murid-murid mau patungan sendiri," ungkapnya seraya menyebut permasalahan itu tak pernah terjadi pada kepala sekolah sebelumnya dan baru terjadi saat ini.  

Sumber ini mengatakan para guru di sekolah tersebut sampai bingung dan tak tahu harus mengadukan perilaku sang oknum ke siapa.  Perilaku oknum kepala sekolah itu dikatakannya sampai membuat bendahara mengundurkan diri. 

Menyusul bendahara baru yang saat ini ditunjuknya juga sudah berniat melepas jabatannya sebagai seorang bendahara. ’’Jadi bendahara lama itu sampai mengundurkan diri. Nah, bendahara yang sekarang juga sudah mau mengundurkan diri itu," katanya. 

Ditanya berapa dana BOS yang digunakan untuk kepentingan sekolah, sumber ini menyebut hanya sedikit. Perkiraannya tidak lebih 25 persen dari total dana BOS yang harusnya diterima sekolah. 

Sumber lain yang sangat akurat juga membenarkan keluhan yang dialami para guru di sekolah tersebut. Meski enggan bicara banyak, sumber ini selalu menjawab pertanyaan Radar Lampung dengan sebuah anggukan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan