Dorong Penanaman Tanaman Pangan di Lahan Sawit
IPOC KE-20: Wakil Menteri Pertanian Sudaryono ketika pembukaan Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) Ke-20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11).--FOTO BAYU PUTRA/JAWAPOS.COM
”Sampai dengan sawit ini menghasilkan penghasilan untuk petani sawitnya, selama 5 tahun sampai bisa panen pertama. Kita berharap Kementerian Pertanian salah satu programnya kita ingin mereka minta untuk menanam tanaman pangan (di sekitar tanaman sawit baru). Ada dua keuntungan yang bisa didapat petani. Pertama, sampai sawitnya panen, petani punya penghasilan dari tanaman pangan yang ditanam di sekitar tanaman sawit. Kedua, pemerintah jadi punya tambahan produksi tanaman pangan kita,” ucap Sudaryono.
Uji coba sudah dilakukan di beberapa titik dan berhasil. Memang, produktivitasnya tidak tinggi karena bukan di lahan sawah asli. ”Kalau nggak salah 2,5 ton per hektare. Lumayan lah, kan beda dengan sawah,” imbuh Sudaryono.
Hal senada disampaikan Chairman Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono. Dia mengatakan, program itu sudah dijalankan di beberapa perusahaan. ”Betul yang disampaikan Pak Wamentan, jangan berharap produktivitasnya sepeti padi sawah,” ujarnya.
Menurut Eddy, bila program itu mampu menghasilkan minimal 2 ton beras per hektare saja, itu sudah bagus. ”Itu hanya untuk membantu saja selama program replanting, supaya ada tambahan bagi petani,” ungkapnya.
Eddy juga menyebut performa Industri sawit Indonesia tahun ini turun dibandingkan 2023. Baik dari sisi produksi maupun nilai ekspor.
Produksi kelapa sawit Indonesia tahun ini mencapai 34,7 juta ton, turun dibandingkan produksi 2023 yang mencapai 36,2 juta ton.
Begitu pula dengan nilai ekspor kelapa sawit yang ikut turun. Yakni 20,1 juta ton dengan nilai USD17,349 juta.pada tahun 2023, ekspor sawit mencapai 21 juta ton dengan nilai USD20,597 juta.
Meski demikian, Eddy optimistis pada 2025 industri sawit akan kembali tumbuh. Seiring dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan konsumsi sawit di level domestik.