Bawaslu Header

Pendekatan Pentahelix Dibutuhkan untuk Capai Target Kapasitas PLTP 10,5 GW pada 2035

WEBINAR: ReforMiner Institute menggelar webinar bertajuk Peran Penting Industri Panas Bumi dalam Kebijakan Transisi Energi dan Pencapaian Target Indonesia Emas 2045, Kamis (24/10).-FOTO TANGKAPAN LAYAR -

JAKARTA - Pengembangan panas bumi untuk mendukung ketahanan energi nasional harus dioptimalkan. Pasalnya, Indonesia memilik cadangan panas bumi yang begitu besar.

Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mencapai target kapasitas pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 10,5 GW pada 2035. Sinergi ini diharapkan tidak hanya memajukan sektor energi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin global dalam energi terbarukan.

Berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, industri, akademisi, media massa, dan masyarakat, perlu bekerja sama memastikan transisi energi berjalan lancar. Melalui pendekatan pentahelix, setiap pihak diharapkan dapat berkontribusi sesuai peran masing-masing.

Demikian benang-merah yang mengemuka pada webinar bertajuk “Peran Penting Industri Panas Bumi Dalam Kebijakan Transisi Energi dan Pencapaian Target Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan ReforMiner Institute di Jakarta, Kamis (24/10). Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi dalam diskusi tersebut menegaskan komitmen PGE untuk terus mengembangkan kapasitas PLTP guna memenuhi target yang telah ditetapkan.

BACA JUGA:Biaya Pembuatan Paspor Naik Mulai 18 Desember 2024

Saat ini, Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia dengan potensi mencapai 23,7 GW. Namun pemanfaatannya masih minim, hanya sekitar 2,2 GW.

“Dalam dua hingga tiga tahun mendatang, PGE menargetkan peningkatan kapasitas 1 GW dan tambahan 1,5 GW pada 2030,” ujarnya.

Menurut dia, PGE juga mengadopsi teknologi baru seperti pompa submersible listrik dan pengukur aliran dua fase untuk meningkatkan efisiensi operasional. Investasi untuk mencapai target ini diperkirakan mencapai USD17-18 miliar, dengan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional sebesar USD21-22 miliar.

Dalam hal pengurangan emisi, lanjut Julfi, energi panas bumi memiliki potensi yang luar biasa. Dengan pengembangan yang tepat, energi panas bumi di Indonesia diperkirakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca tahunan sebesar 18-20 juta m³ CO₂.

BACA JUGA:Perpres Penghapusan Utang 6 Juta Petani dan Nelayan Segera Diteken

“Komitmen ini tidak hanya mendukung transisi energi bersih, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap upaya global mengatasi perubahan iklim,” ujarnya.

 

Sektor ini dapat menciptakan sekitar 1 juta pekerjaan baru, baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini tentunya berdampak positif pada perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar proyek panas bumi.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan