Konflik di Timur Tengah Pengaruhi Kunjungan Wisman

KONFLIK: Pasukan Israel melancarkan serangan udara di area Kola, Beirut, Senin (30/9/2024) pagi.--FOTO ANTARA

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengakui konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Sandiaga bercerita bahwa situasi geopolitik yang tidak stabil di Timur Tengah menyebabkan penerbangannya tidak hanya tertunda, tetapi juga harus dialihkan ke rute yang berbeda.

 

"Beberapa penerbangan bahkan ditunda hingga satu atau dua hari di Timur Tengah," ujarnya, dikutip Selasa (8/10).

 

Sandiaga mengatakan bahwa insiden tersebut bukan hanya mengganggu perjalanan pribadi, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak yang lebih luas bagi industri pariwisata Indonesia. Menurutnya, penundaan penerbangan akibat konflik itu dikhawatirkan akan mengurangi minat wisatawan mancanegara, terutama yang berasal dari Amerika, Eropa, Asia, dan Timur Tengah.

 

"Pengeluaran juga akan berkurang dan sebagian akan menunda kunjungan. Semoga ini tidak berlanjut sehingga tidak berdampak terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia," ungkapnya.

 

Pemerintah Indonesia menargetkan 14,3 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2024. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga akhir Agustus, target tersebut sudah tercapai sebesar 63,53 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya melaporkan bahwa jumlah kunjungan wisman selama Januari-Agustus 2024 telah mencapai 9,09 juta kunjungan, naik 20,38 persen dibandingkan periode yang sama 2023.

 

Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat setahun sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan lintas batas ke wilayah Israel. Saat konflik Gaza terus berlanjut, Israel dalam beberapa hari terakhir melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon dan membunuh pemimpin Hizbullah.

 

Sementara itu, Iran meluncurkan serangan rudal terhadap Israel pada pekan lalu sebagai aksi balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dan seorang komandan Pengawal Revolusi Iran (IRGC). (jpc)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan