Lima Tahun Indonesia Alami Deflasi, Lampung Aman
Selama lima tahun terakhir, kondisi perekonomian di Indonesia cukup mengkhawatirkan. -FOTO IST-
BANDARLAMPUNG - Selama lima tahun terakhir, kondisi perekonomian di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Karena mengalami deflasi yang cukup signifikan.
Deflasi adalah kondisi di mana harga barang atau jasa mengalami penurunan dalam periode tertentu. Meskipun secara sekilas deflasi bisa memberikan keuntungan kepada konsumen karena harganya relatif murah, hal itu menjadi pertanda bahwa kondisi ekonomi suatu negara sedang tidak stabil.
Kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami deflasi ini membuat Kementerian Dalam Negeri melalui Plt. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Tomsi Tohir meminta setiap daerah tidak main-main soal perkembangan inflasi yang membuat Indonesia mengalami deflasi.
BACA JUGA:Visit Media, Arinal Ingin Percepat dan Sempurnakan Program dari Desa
’’Saya meminta kepada seluruh daerah untuk benar-benar memperhatikan perkembangan inflasi, termasuk di Provinsi Lampung,” ungkap Tomsi dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah yang berlangsung secara virtual kemarin (3/10).
Tomsi juga menekankan agar setiap yang terlibat dapat benar-benar bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya. ’’Kami mohon sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Tolong betul-betul dapat dikritisi, dicek betul daerahnya, dihubungi, dikoordinasikan, kemudian betul-betul dilaksanakan action di lapangannya. Jadi tidak berlalu begitu saja. Tentunya hasil yang kita capai harus diupayakan untuk dipertahankan," tandasnya.
Dalam rapat yang dilaksanakan pada Rabu (2/10), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadinya deflasi di bulan September 2024. Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa pada September mengalami deflasi 0,12 persen.
’’Bulan September mengalami inflasi -0,12% atau terjadi deflasi 0,12%. Secara perhitungan inflasi tahun ke tahun sebesar 1,84% dan inflasi tahun kalender 0,74%," katanya.
Dijelaskannya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta transportasi memberikan andil deflasi terbesar. ’’Pantauan kami dari rekaman angka inflasi ini harga di tingkat konsumen menurun atau terjadi deflasi secara month to month karena memang dipengaruhi oleh penurunan harga-harga komoditas yang suplainya sedang tinggi di pasar,” terangnya.
Adapun bahan-bahan pokok tersebut seperti cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Penurunan harga itu dikontribusikan juga oleh penurunan harga BBM.
“Karena ini harga BBM kita yang non subsidi itu menyesuaikan dengan harga minyak internasional. Jadi, kalau harga minyak internasional turun tentunya juga harga bbm-nya non subsidi juga mengalami penyesuaian," jelasnya.
Secara month to month (m-to-m), kata Amalia, hanya 14 provinsi yang mengalami inflasi, sisanya sebanyak 24 mengalami deflasi. Dimana, deflasi yang terjadi di bulan September merupakan deflasi terdalam di bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir.
“Dengan tingkat deflasi sebesar 0,12% dan deflasi yang terjadi dalam 5 bulan terakhir secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak," ujarnya.
Terpisah, Kepala Biro Perekonomian Provinsi Lampung Rinvayanti, mewakili Sekretariat TPID Provinsi Lampung mengatakan, bahwa Lampung saat ini dalam kondisi yang baik. “Kondisi Inflasi gabungan di Lampung baik, nggak ada masalah, masih stabil dan terjaga,” katanya.