Dampak Perubahan Iklim Dirasakan Semua

BAHAS IKLIM: Diskusi publik Mitra Bentala bersama Pemkab Pesawaran yang digelar di aula Pemkab Pesawaran, Kamis (23/11).-FOTO FAHRUROZI -

PESAWARAN - Perubahan iklim menjadi salah satu isu yang dibahas dalam diskusi publik Mitra Bentala bersama Pemkab Pesawaran. Diskusi digelar di aula Pemkab Pesawaran, Kamis (23/11).
Direktur Mitra Bentala Ahmad Rizani menyatakan dampak perubahan iklim sangat dirasakan oleh semua pihak. Sebagai contoh nelayan yang kesehariannya menangkap ikan, adanya gelombang tinggi tentu membuat hasil tangkapanya menurun karena banyak nelayan yang tidak berani melaut.
’’Meski begitu, Pemkab Pesawaran telah bentuk kelompok kerja yang hampir setiap minggu selalu berdiskusi. Ini tidak lepas dari dukungan pemerintah yang juga sejalan dengan kami,” ungkap  Rizani dalam Serial Diskusi Publik yang bertemakan Dukungan Multistakeholder untuk Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim di Kabupaten Pesawaran.
Sementara Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona mengatakan, Kabupaten Pesawaran pasti terdampak dengan kondisi perubahan iklim ini. 
“Meski begitu, ada inovasi lain dari petani kita dengan menanam tanaman lain dengan menanam cabai. Hal seperti itu yang harus kita damping. Karena itu, kita adakan diskusi agar dapat pemahaman bersama stakeholder lainya tentang bagaimana kita mendapatkan inovasi-inovasi baru untuk kita terapkan di masyarakat,” ucap Dendi.
Bukan hanya menjaga ketahanan Kabupaten Pesawaran, kata Dendi, tapi kelestarian lingkungan. ’’Musim kemarau sangat berdampak terhadap produksi padi. Di mana, Pesawaran sudah membentuk pokja pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim. Nah, diskusi ini sangat bermanfaat untuk sharing program, saling berdampingan dengan seluruh pihak. Pesawaran sebagai kabupaten penyangga harus siap dan sigap mengatasi hal ini. Tentunya harus dibantu oleh semua pihak,” ungkap Dendi.
Sedangkan anggota DPD RI Bustami Zainudin mengatakan, Pesawaran tidak terlalu jauh beda dengan Bogor, yakni sebagai kota penyangga. ’’Kalau Pesawaran tidak terjaga, Bandarlampung bisa tenggelam. Dataran tinggi sebagai reservoir terutama di Kabupaten Pesawaran ini karena dunia tengah hadapi krisisi FEW. Yakni food (pangan), energy (energi), dan water (air),’’ kata Bustami.
     Soal krisis pangan, kata Bustami, saat ini anomali yang tidak bisa diprediksi lagi. ’’Krisis pangan, energi, dan air ada kaitanya dengan kita menjaga lingkungan,” ujarnya.
Menurut Bustami, persoalan iklim bukan persoalan yang biasa-biasa aja. ’’Bukan hanya tugas pemerintah saja untuk menjaga kelestarian lingkungan. Tapi, semua pihak bertanggung jawab dan penyelamatan lingkungan harus dilaksanakan secara Bersama-sama. Pihak swasta jangan pasif dalam melakukan penyelamatan lingkungan. Dalam UU PT berkaitan dengan menjaga lingkungan sudah diatur di dalamnya,” ungkapnya. (ozi/c1/ful)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan