Hadapi Megathrust dengan 20:20:20
Kepala Pelaksana BPBD Lampung Rudy Sjawal Sugiarto--
BANDARLAMPUNG – Gempa bumi Megathrust tidak menutup kemungkinan terjadi di Lampung. Jika hal tersebut terjadi, masyarakat dapat menghadapinya dengan pola 20:20:20.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Rudy Sjawal Sugiarto mengatakan potensi gempa bumi Megathrust ini dapat memicu terjadinya tsunami.
Untuk menghadapi potensi tersebut, perlu peningkatan kemampuan mitigasi kepada masyarakat Lampung, khususnya yang tinggal di kawasan pesisir.
’’Megathrust berada di lempeng benua yang bergerak terus dan ada yang saling mendorong," ujar Rudy, Selasa (10/9).
BACA JUGA:PLN Gandeng PT Utomo Charge+ Indonesia dan ACME Corporation
Untuk di Lampung, semua daerah pesisir Lampung berisiko, seperti Lampung Selatan, Bandarlampung, Pesawaran, Tanggamus, hingga Pesisir Barat.
Dia mengungkapkan ada beberapa titik Megathrust di Indonesia yang belum pernah muncul gempa, di antaranya Selat Sunda. Lalu ada Mentawai, Cilacap, dan Banyuwangi.
Megathrust adalah potensi, bukan lagi prediksi dan hal tersebut sudah dikaji secara sains. ’’Potensi ada, tetapi kapan waktunya ini yang tidak bisa diprediksi," katanya.
Untuk mengantisipasi datangnya gempa Megathrust dengan kekuatan 8,8 magnitudo, sambung Rudy, BPBD Lampung juga membagikan tips 20:20:20 bagi masyarakat Lampung untuk menyelamatkan diri. Terutama yang berada di pinggir pantai.
BACA JUGA:Manfaatkan Pandan Wangi untuk Penderita Diabetes
’’Jika merasakan getaran 20 detik, maka Anda hanya punya waktu 20 menit untuk lari ke ketinggian 20 meter," ungkapnya.
Tidak hanya itu, BPBD juga mendorong masyarakat agar dapat menyusun rencana evakuasi mandiri. ’’Ini perlu dipersiapkan karena pasti kondisinya panik. Sehingga jika sudah disiapkan, maka jika nantinya benar-benar datang masyarakat sudah tangguh menghadapi bencana," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Rudy juga mengungkapkan berdasarkan data BMKG, dari Januari sampai Agustus 2024 tercatat 223 kali gempa dengan intensitas kecil di bawah 5 magnitudo.
’’Kita ini rawan gempa karena kita berada di lempeng benua yang berbatasan. Itulah yang disebut kita sebagai cincin api karena dari atas Sumatera sampai Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi merupakan rangkaian gunung api," ungkapnya. (pip/c1/yud)