Tinggal di Pelosok, Guru Madrasah Tetap Bisa Kuliah
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) berupaya meningkatkan kualitas guru madrasah dengan memberikan ruang belajar. Para guru madrasah mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di tingkat pendidikan tinggi meski tinggal di daerah.
Langkah itu dengan membuka Universitas Islam Siber (Cyber Islamic University). Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag Ahmad Zainul Hamdi menuturkan, Kemenag terus membantu para guru di berbagai daerah yang selama ini kesulitan mengakses perkuliahan. Kini guru madrasah di mana pun berada bisa tetap melanjutkan ke perguruan tinggi karena perkuliahan sepenuhnya dilakukan berbasis digital.
Adapun Universitas Islam Siber dibangun di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat. Kampus siber itu dibangun berdasarkan hasil benchmark kepada Universitas Hankuk, Seoul, Korea Selatan (Korsel). Universitas Hankuk dinilai selama ini menjadi salah satu kampus bergengsi dalam perkuliahan siber.
“Kampus ini menyediakan perkuliahan berbasis digital yang bisa diakses sivitas akademikanya di mana saja mereka berada. Bahkan seluruh pelayanan di kampus diprogram khusus, sejak pendaftaran hingga tuntas lulus dilakukan secara digital,” ujar Ahmad Zainul Hamdi di Jakarta kepada wartawan, Jumat (17/11).
Inung, panggilan akrab Ahmad Zainul Hamdi, mengungkapkan, ribuan guru madrasah di pelosok-pelosok daerah sangat membutuhkan afirmasi pendidikan lanjutan untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan. Di antara mereka ada yang berada di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar.
Selama ini guru madrasah kesulitan berkuliah karena terkendala jarak geografis, akses, hingga biaya. Padahal, mereka umumnya telah mengabdi di madrasah atau pesantren selama bertahun-tahun.
Selain menjangkau guru-guru di pelosok negeri, ke depan pendirian Universitas Islam Siber itu bertujuan memberikan akses kepada pekerja migran Indonesia (PMI) yang berkeinginan untuk berkuliah dalam bidang agama.
“Banyak sekali ingin kuliah. Kalau misalkan ingin kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam, kan harus kita siapkan. Nah, ini kita siapkan. Melalui perkuliahan jarak jauh, kampus ini bisa memberikan kuliah bagi ribuan mahasiswa dari berbagai wilayah namun kualitas tetap terkontrol,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, itu.
Inung menjelaskan, ada sembilan studio di sana dengan perangkat teknologi yang sangat mendukung pembelajaran jarak jauh. Untuk memastikan program ini berjalan baik, beberapa profesor dari Universitas Hankuk juga sudah melihat langsung di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Inung menegaskan, kampus yang akan bernama Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) ini telah berjalan sejak dua tahun lalu dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Universitas Islam Siber itu ditargetkan pada pertengahan 2024 seluruh layanannya serbadigital.
Kepala SubditKelembagaan dan Kerja Sama Diktis Kemenag Thobib Al-Asyhar menambahkan, pendirian kampus siber itu merupakan salah satu program prioritas Kemenag. Kampus itu memang didesain secara khusus untuk program pelayanan, pengelolaan, dan perkuliahan yang keseluruhannya dilakukan jarak jauh berbasis digital.
“Kemenag ingin menunjukkan kepada masyarkaat bahwa di lingkungan PTKI itu ada proses pendidikannya murni dilaksanakan secara digital. Transformasi digital benar-benar terwujud dan memberi kemanfaatan kepada masyarakat,” katanya.
Thobib menjelaskan, pada 2021 Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas secara resmi meluncurkan program studi siber Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Seluruh mahasiswa pada prodi tersebut berkuliah secara daring. Pemilihan IAIN Syekh Nurjati Cirebon sebagai pilot project didasari perkembangan pesat di kampus ini. Dalam 12 tahun terakhir setelah perubahan status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) ke IAIN, kampus itu sudah memiliki 27 prodi dan lebih dari 17 ribu mahasiswa. Prodi PAI kampus ini juga telah mendapatkan akreditasi unggul. (jpc/c1/ful)