Di sisi lain, ketidakpastian global membuat biaya pinjaman meroket. Ditambah depresiasi rupiah.
”Artinya ada risiko kursi yang perlu ditanggung atau diantisipasi pemerintah melalui manajemen fiskal ke depan,” imbuh Imaduddin Abdullah.
Nilai tukar rupiah tampaknya masih akan tertekan memasuki kuartal III 2024. Kemungkinan baru akan turun menjelang akhir tahun. Dengan asumsi The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan.
Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif menyatakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) itu akan memilih untuk soft landing. Tidak hanya inflasi sebagai acuan. Tapi juga memperhatikan data-data lain seperti nonfarm payrolls dan sentimen pemilu di semester kedua.
”Pemilu akan memberikan dampak terhadap perekonomian AS. Karena mungkin akan ada perubahan policy ketika pemimpinnya baru. Dan bahwa kami melihat sebetulnya dari sisi inflasi mungkin cukup sulit untuk mencapai 2 persen,” kata Arif dalam diskusi Navigating the Currency Volatility: Exploring Economic Projections and FX Investments di bilangan Kuningan.
DBS Group Research memproyeksi The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali di semester kedua tahun ini. Sejalan dengan pelemahan perekonomian AS. Dolar AS (USD) juga diperkirakan akan mencapai puncaknya di kuartal III 2024.
Perekonomian Indonesia saat ini tengah dihantui dengan pelemahan rupiah. Perbedaan suku bunga acuan antara The Fed dan Bank Indonesia (BI) yang cukup tipis menyebabkan investor gampang untuk menarik dana dan memindahkannya ke negara lain. Bersamaan dengan itu, hampir seluruh mata uang dunia melemah terhadap USD.
Menurut Arif, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen sampai akhir tahun. Bank sentral baru akan memangkas BI rate ketika Fed funds rate turun lebih dulu.