RSUD Ryacudu Kotabumi Carut-marut

Jumat 17 May 2024 - 19:25 WIB
Reporter : Fahrozi Irsan Toni
Editor : Abdul Karim

KOTABUMI – Carut-marut manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mayjend  HM. Ryacudu Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara (Lampura) membuat gerah masyarakat yang ingin berobat. Ada pun persoalan dihadapinya mulai honorarium para nakes yang belum dibayar, kurangnya sarana dan prasarana nakes, hingga yang lebih urgen kekosongan  obat-obatan.

Kekosongan obat-obatannya karena belum melunasi utang kepada pihak ketiga. Imbasnya, masyarakat yang berobat ke rumah sakit berpelat merah kebanggaan Kabupaten Lampura ini pun harus membeli obat secara mandiri ke apotek di luar rumah sakit. Sehingga, pasien umum maupun BPJS terpaksa harus mengeluarkan uang untuk membelinya.

Direktur RSUD Ryacudu Kotabumi dr. Aida juga mengakui bahwa saat ini rumah sakitnya memang mengalami kekosongan obat-obatan karena belum bisa melunasi utang terhadap pihak ketiga selaku penyedia obat. Menurutnya, ketidakmampuan RSUD Ryacudu untuk melunasi utang tersebut lantaran pendapatan masih sangat rendah sehingga harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat.

Sementara ketika ditanya  terkait total utang yang dimiliki RSUD Ryacudu kepada pihak ketiga, wanita berhijab ini justru mengarahkan untuk bertanya kepada Kepala Bidang Tata Usaha (TU). “Silakan tanya dengan Ibu Kepala Bidang Tata Usaha (TU, red),” ujarnya, Jumat (18/5).

BACA JUGA:Divonis 5 Tahun Penjara, Ratu Narkoba Menangis

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Lampura dr. Maya Natalia Manan juga membenarkan terkait kondisi RSUD Ryacudu Kotabumi yang belum mampu melunasi utangnya. ”Utang yang lama hingga saat ini belum selesai. Berapa jumlahnya coba tanya sama direktur, terkait itu saya tidak hafal,” katanya.

Seakan saling lempar tanggung jawab seperti halnya dengan Direktur RS Ryacudu, Kepala Dinas Kesehata Lampura ini pun sama-sama tidak mengetahui utan-piutang RS tersebut. Namun demikian, pihaknya mengaku telah berupaya membantu RSUD Ryacudu untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan.

“Kami sudah mengajukan anggaran ke Dinas BPKAD, tapi memang dana untuk obatnya belum juga cair,” tukasnya.

Lebih lanjut, Bunda Maya --sapaan akrabnya-- mengungkapkan anggaran yang diajukan sebesar Rp2,5 miliar dari APBD tahun 2024. “Jumlah yang kita ajukan Rp2,5 miliar, mudah-mudahan minggu depan cair. Sehingga, kekosongan obat-obatan dapat tertutupi,” pungkasnya. (ozy/rim)

Kategori :