Arsitek Adeline Octavia dari Studio Dinding menjadikan bentuk lahan yang memanjang dari luas 8 x 25 meter sebagai tantangannya dalam mendesain WO House. Tentunya untuk mengakomodasi kebutuhan penghuni yang multigenerasi.
Lantai dasar merupakan area komunal yang menjadi pusat dari kegiatan bersama--
MENGHINDARI kesan ruang bulky, Adeline melubangi lahan luas 8 x 25 meter di bagian tengahnya. ’’Lubang’’ itu berupa taman atau yang biasa disebut inner courtyard. Landscape taman dibuat sederhana. Terdapat satu pohon pule yang tumbuh menjulang ke atas.
BACA JUGA:Ozone House yang Pertahankan Curve sebagai Identitas
Tanah di sekelilingnya ditutup kerikil. Taman itu dibuat tanpa atap sehingga sinar matahari, udara, dan hujan bisa leluasa masuk dan menghidupkan pohon pule tersebut. Hingga tercipta ekosistem yang menyegarkan ke seluruh ruangan di sekitarnya. Taman itu dikelilingi pintu kaca yang dapat dibuka-tutup di lantai dasar.
Lantai 2 difokuskan pada kamar utama dan kamar anak--
Meski ukurannya lumayan kecil, taman tersebut menjulang ke atas hingga tampak dari lantai 3. ’’Menyatukan area indoor dan outdoor sehingga rumah terasa lebih luas. Juga mempermudah masuknya udara dan sirkulasi di semua ruangan,’’ kata Adeline dikutif dari Jawa Pos, Jumat (3/5).
BACA JUGA:Permainan Garis dan Strip Lighting Buat Asil House Layaknya Markas Superhero
WO House dihuni oleh pemilik, orang tua, dan saudaranya. Karena itu, kebutuhan ruangnya pun banyak. Adeline mendesain rumah tersebut menjadi tiga lantai. Lantai dasar merupakan area komunal yang menjadi pusat dari kegiatan bersama. ’’Di bagian belakang lantai dasar terdapat kamar orang tua untuk memudahkan agar tidak perlu naik turun tangga,’’ terangnya.
BACA JUGA:RM House di Cianjur dengan Penghubung Taman Tropis dan Walkway
Lantai 2 difokuskan pada kamar utama dan kamar anak. Kemudian, lantai 3 merupakan kamar dari saudara pemilik rumah, ruang main anak, rooftop, dan ruangan multifungsi. Seluruh ruangan itu dapat menikmati manfaat inner courtyard. ’’Taman di area dasar sekaligus menambah view greenery yang menyejukkan. Pohon juga bisa terus tumbuh ke atas hingga lantai 3,’’ lanjut Adeline.
Untuk menyeimbangkan tema modern tropis yang diusung dalam rumah itu, interior banyak menggunakan material kayu solid. Misalnya, kayu ulin pada kisi-kisi fasad, plafon dari kayu jati, hingga panel dari kayu veneer. ’’Jadi lebih sinkron antara outdoor dan indoor, kesannya lebih hangat,’’ pungkasnya. (adn/c18/nor)
Marmer Travertine
Selain kayu solid, beberapa material alam yang banyak digunakan adalah marmer. Yakni, marmer travertine. Misalnya, pada fasad, marmer dipadukan dengan material beton.