Kondisi Siang hingga Malam seperti di Tengah Kota Mati
NATAR - Sunyi. Begitulah suasana yang dirasakan saat kali pertama Radar Lampung masuk kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam di Jl. Raya Natar, Banjarnegeri, Natar, Lampung Selatan (Lamsel).
Bukan karena sedang libur panjang, melainkan karena santrinya kini memang sudah berkurang dan hampir tiada dibanding masa jayanya yang jumlah santrinya hingga ribuan.
Pada pagi hingga siang hari masih tampak kegiatan belajar-mengajar, baik pada jenjang pendidikan tingkat madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), maupun madrasah aliyah (MA) setempat. Namun, suasana mulai berubah saat melewati tengah hari atau seusai Duhur. Nyaris tak ditemukan kegiatan apa pun dari para santrinya.
BACA JUGA:Mendunia lewat Teknik Pasir Bertasbih
Kondisi tersebut didapati Radar Lampung dalam sepekan terakhir mulai pagi, siang, sore, hingga malam hari. Di mana saat berdiri di tengah-tengahnya pada sore apalagi malam hari akan merasakan seperti berada di sebuah kota mati. Sebab berada di antara gedung-gedung yang berdiri dengan megah dan kokohnya, tetapi nyaris tak ditemukan "kehidupan".
Di kompleks Ponpes Darussalam terdapat 11 gedung masing-masing berlantai dua dengan ukuran hampir sama. Kemudian masing-masing lantainya terdapat 5 sampai 6 pintu.
Lalu ada juga 1 gedung berlantai dua yang cukup panjang dengan 20 pintu di tiap lantainya. Ditambah 2 bangunan satu lantai dengan 4 pintu, 1 bangunan satu lantai dengan 3 pintu, 1 bangunan menyerupai rumah, dan 1 bangunan lantai 1 yang luasnya diperkirakan mencapai hampir separo lapangan bola.
BACA JUGA:Ribuan Warga Mengamuk karena Teror Harimau Belum Bisa Diatasi
Dari semua gedung yang ada, tinggal beberapa yang masih digunakan. Seperti gedung bernama Jabal Tursina yang kedua lantainya digunakan untuk asrama putri serta salah satu pengurus pondok.
Sementara, gedung Jabal Mahmudin hanya 4 kamar di lantai 1 yang digunakan sebagai asrama putra.
Untuk Jabal Shafa dan Jabal Marwah yang posisinya berhadapan hanya lantai 1 dari kedua gedung yang digunakan untuk kelas tingkat MI. Sedangkan untuk tingkat MTs dan MA hanya menggunakan 3 lokal yaitu di lantai 1 gedung Sabilu An-Na'im dan 3 lokal di lantai 1 gedung Sabilul Ma'wa.
Sementara aula, lantai 2-nya digunakan sebagai masjid dan lantai 1-nya untuk perkantoran dan ruang guru. Lalu terdapat 1 kantin, 1 ruang untuk pengurus, dan 2 ruang yang dihuni oleh keluarga pendiri pondok yang semuanya berada di gedung yang terpisah.
Selebihnya, gedung-gedung yang ada terlihat dengan jelas terlantar dan tak terawat. Sebagian besarnya bahkan sudah menjadi sarang kelelawar.
Itu tampak dari plafon-plafon di lantai 2 gedung-gedung tersebut yang rusak dan sebagian besarnya nyaris tiada. Sementara, lantai-lantainya dipenuhi barang-barang serta patahan kayu yang berserakan serta banyaknya kotoran hewan dari kelelawar.