BANDARLAMPUNG - Pembangunan kantor Balai Pemantauan Kawasan Hutan dan Tata Lingkungan (BPKHTL) Wilayah XX Bandarlampung di Jl. Pramuka, Langkapura, diduga asal. Pasca diguyur hujan deras, fondasinya jebol dan menimpa rumah warga yang ada di sampingnya hingga nyaris memakan korban.
Robohnya fondasi bangunan yang tingginya hampir enam meter tersebut terjadi pada Rabu (31/1) sekitar pukul 17.00 WIB. Akibatnya bagian samping, atap rumah, dan satu unit motor milik Harwaedi, warga yang rumahnya dekat bangunan BPKHTL, mengalami kerusakan. Begitu juga dengan kandang burung murai piaraannya yang ikut tertimpa roboh fondasi.
Diketahui dari papan di area proyek lahan yang tengah dibangun, gedung kantor BPKHTL Wilayah XX Bandarlampung tersebut milik PT Pertamina (Persero) dengan luas 5.000 m2. Sedangkan, penyedia jasanya dari KSO Abipraya dan konsultasi supervisor dari PT Talya Teknindo.
Kemudian pantauan Radar Lampung sehari setelah jebol fondasinya, Kamis (1/2), tampak para pekerja tengah membersihkan material fondasi yang roboh ke area rumah warga. Mereka dibantu dua alat berat atau ekskavator mini membersihkan dan mengevaluasi dampak dari robohnya fondasi di halaman rumah Harwaedi. Bahkan sisa fondasi yang roboh pun turut dibongkar dan akan dibangun baru kembali untuk mencegah kejadian serupa terulang.
BACA JUGA:Proyeksikan Diri Media Dewasa dan Penyeimbang
Sementara dengan robohnya fondasi BPKHLT, Harwaedi meminta dilakukan penanganan dampaknya sesegera mungkin. “Ya, saya minta jangan lama-lama. Satu dua hari ini sudah selesai,” ujar saat ditemui di kediamannya, Kamis (1/2).
Menurutnya dampak dari pembangunan gedung kantor BPKHTL yang tepat berada di samping rumahnya tersebut telah beberapa kali dirasakan. Seperti saat hujan, air keluar dari sela-sela dinding fondasi BPKHLT dan masuk ke kediamannya. Ditambah ada retakan pada fondasi yang membuat kekhawatiran.
Parahnya pada Rabu (31/1) sekitar pukul 17.00 WIB pascahujan deras, fondasi tersebut roboh dan menimpa kediamannya. “Pas hujan deras kemarin saya lagi tidak di rumah. Setelah reda baru saya pulang. Setibanya di rumah ada jatuhan kerikil tanah dari atas pondasi. Saya pun langsung teriak ke menantu untuk hati-hati ada retakan. Tidak lama saya masuk ke rumah ada gemuruh, saya lihat sudah longsor,” ungkapnya.
Akibatnya, rumah dan atapnya mengalami kerusakan. Begitu juga motor yang ada di depan garasi dan kandang burung yang ada di halamannya, ikut terkena robohnya fondasi BPKHLT. Harwaedi bercerita saat awal pembangunan di samping rumahnya ini tidak ada obrolan atau informasi apa pun kepada dirinya yang tepat berada di sampingnya.
BACA JUGA:Sepanjang 2023, Pemkot Bandar Lampung Raih Beragam Penghargaan
“Mereka tidak ada informasi ngobrol dengan saya awal pembangunan. Padahal rumah saya dempetan, tidak ada sama sekali omongan,” terangnya.
Dengan adanya fondasi ini, dirinya pun merasa tidak nyaman dan khawatir karena tingginya yang 6 meter. “Saya waktu kumpulan dengan pamong juga pak lurah sudah saya sampaikan bagaimana dampaknya 20 tahun ke depan. Eh baru dua tiga hari sudah ambrol, padahal baru kena hujan saja,” ungkapnya.
Ke depan, dirinya meminta dalam pembangunan gedung kantor BPKHTL untuk tetap mengedepankan keselamatan dan lingkungan sekitar. “Bagusnya (fondasi ini, red) saya minta pondasinya dirobohkan dulu karena sama sekali tidak ada besinya,” ucapnya.
Sedangkan, Hendri Pengawas Lapangan dari Abipraya mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab terkait kejadian robohnya fondasi ini. Saat ini pihaknya tengah melakukan pemintaan dari Harwaedi yang terdampak dari kejadian ini.
BACA JUGA:Eks Kasatresnarkoba Lamsel Dituntut Pidana Mati