Lampung Siap Jadi Penopang Utama Industri Bioetanol Nasional

Jumat 24 Oct 2025 - 20:34 WIB
Reporter : Prima Imansyah Permana
Editor : Agung Budiarto

BANDARLAMPUNG – Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menegaskan komitmennya untuk mengoptimalkan sektor pertanian sebagai bagian penting dalam pengembangan ekosistem industri bioetanol nasional.

Hal itu ia sampaikan saat mengikuti Rapat Percepatan Rencana Investasi Bioetanol bersama Wakil Menteri Investasi Todotua Pasaribu serta Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantono di kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Jakarta, Kamis (23/10).

Dalam rapat tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantono menekankan pentingnya peran koperasi petani dalam memperkuat rantai pasok energi terbarukan berbasis komoditas pertanian.

“Kementerian Koperasi memiliki semangat yang sama dalam mengembangkan potensi bioetanol di Indonesia. Koperasi petani dapat menjadi bagian penting dalam ekosistem ini,” ujarnya.

Ferry menyebut dukungan regulasi dari pemerintah serta minat produsen otomotif asal Jepang, Toyota, untuk terlibat dalam pengembangan bioetanol, menjadi sinyal positif bagi percepatan hilirisasi energi terbarukan di Indonesia.

Sementara itu, Wakil Menteri Investasi, Todotua Pasaribu menjelaskan bahwa Indonesia kini memasuki era Bahan Bakar E10, yaitu campuran 10 persen etanol dalam bensin. Dengan kebijakan tersebut, potensi pasar domestik mencapai 3–4 juta kiloliter etanol per tahun.

Todotua juga mengungkapkan bahwa PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia telah menyatakan kesiapan untuk mendukung penyediaan bahan baku pengembangan hidrogen dan bioetanol, termasuk berperan di sektor hulu industri etanol.

“Dukungan dari industri otomotif seperti Toyota memperkuat keyakinan akan terwujudnya ekosistem bioetanol yang terintegrasi dari hulu hingga hilir,” katanya.

Menanggapi itu, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menyatakan Lampung siap menjadi bagian strategis dalam rantai pasok nasional bioetanol. Lampung merupakan produsen utama singkong di Indonesia, serta menempati peringkat kedua untuk tebu dan ketiga untuk jagung secara nasional.

Namun, ia menilai potensi besar tersebut belum dimanfaatkan optimal untuk kebutuhan industri hilir.

“Saat ini Lampung memiliki dua perusahaan ethanol yang beroperasi, tetapi kapasitas serapnya terhadap hasil pertanian lokal masih terbatas. Akibatnya terjadi kelebihan pasokan di tingkat petani yang berdampak pada penurunan harga,” jelas Mirza.

Ia berharap pengembangan ekosistem bioetanol berbasis singkong dan jagung dapat memberikan nilai tambah sektor pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kami di daerah berkomitmen mengoptimalkan sektor pertanian agar menjadi bagian penting dari ekosistem industri bioetanol nasional,” tegasnya. Diketahui  Isu wacana pergantian bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite ke BBM bioetanol terus bergulir.

Terbaru Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pertalite akan diganti ke bioetanol yang diklaim lebih baik dan rendah polusi.

Adapun harga BBM bioetanol saat ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) bulan Mei 2024 sebesar Rp14.528 per liter.  Saat ini harga BBM pertalite dijual dengan harga Rp10.000 per liter. 

Kategori :