JAKARTA - Platform video vertikal asal Tiongkok, TikTok, berencana memangkas ratusan pekerjaan di Inggris yang berfokus pada moderasi konten. Langkah ini dilakukan seiring upaya perusahaan memindahkan sebagian besar fungsi tersebut ke kantor lain di Eropa sekaligus memperbesar peran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Melansir BBC, Senin (25/8), restrukturisasi ini merupakan kelanjutan dari reorganisasi global yang dimulai tahun lalu guna memperkuat operasional tim kepercayaan dan keamanan.
’’Kami terus menyederhanakan operasi dengan memusatkan tim di lebih sedikit lokasi dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kecepatan serta efektivitas,” kata juru bicara TikTok.
Namun, keputusan tersebut menuai kritik dari Serikat Pekerja Komunikasi (CWU). Pejabat nasional CWU John Chadfield menilai pemangkasan ini mengorbankan keselamatan pekerja dan masyarakat.
John menegaskan bahwa tim moderasi manusia sangat penting, karena AI yang tergesa-gesa dikembangkan belum matang sepenuhnya untuk menggantikan peran mereka.
Karyawan yang terdampak sebagian besar berasal dari tim moderasi di London serta sejumlah staf di wilayah Asia. TikTok menegaskan, pekerja yang kehilangan posisinya akan diberi kesempatan melamar pekerjaan internal lain dengan prioritas seleksi.
Hingga saat ini, TikTok masih mengandalkan kombinasi antara moderator manusia dan sistem otomatis. Perusahaan mengeklaim bahwa 85% konten yang melanggar aturan berhasil dihapus oleh sistem AI, yang sekaligus mengurangi paparan moderator manusia terhadap materi berbahaya.
Langkah restrukturisasi ini dilakukan di tengah meningkatnya tekanan regulasi di Inggris. Undang-Undang Keamanan Daring yang mulai berlaku Juli lalu menuntut perusahaan teknologi lebih ketat dalam melindungi pengguna, terutama anak-anak. Jika lalai, perusahaan berisiko terkena denda hingga 10% dari omzet global.