BANDARLAMPUNG – Cuaca ekstrem yang disertai angin kencang dan hujan berintensitas tinggi melanda wilayah pesisir Bandarlampung dalam beberapa hari terakhir.
Akibatnya, puluhan kapal nelayan jaring rampus yang biasa beroperasi di perairan sekitar Pelabuhan Bom dan Gudanglelang, Bumiwaras, memilih untuk tidak melaut.
Para nelayan memutuskan menyandarkan kapal mereka di dermaga demi menghindari risiko keselamatan di tengah kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Sembari menunggu cuaca kembali normal, mereka memanfaatkan waktu dengan memperbaiki jaring dan merawat kapal.
“Sudah beberapa hari ini tidak melaut karena cuaca buruk. Ombaknya besar, angin juga kencang. Kalau dipaksakan bisa membahayakan,” ujar Komarudin, nelayan di kawasan Ujung BM, Gudang Lelang, Minggu (6/7).
Ia mengungkapkan, sejak cuaca ekstrem melanda, penghasilan para nelayan menurun drastis. Dibandingkan hari normal, penurunan penghasilan bisa mencapai 40 persen.
Hal serupa juga dirasakan nelayan di Kota Agung, Kabupaten Tanggamus. Toni, salah satu nelayan setempat, mengaku sudah tiga hari tidak bisa melaut karena kondisi laut yang membahayakan.
BACA JUGA:Kemenag Bandarlampung Bagikan Paket Lebaran untuk Yatim dan Difabel
“Kalau tetap dipaksakan berlayar, risikonya tinggi. Kami lebih memilih menunggu cuaca membaik,” kata Toni.
Tidak hanya berdampak pada hasil tangkapan, cuaca ekstrem juga menyebabkan pusat pelelangan ikan (TPI) di Gudang Lelang sepi. Aktivitas lelang ikan menurun karena banyak kapal yang tidak beroperasi.
Para nelayan berharap kondisi cuaca segera kembali normal agar mereka bisa kembali melaut dan memulihkan pendapatan yang sempat terhenti.
Sebelumnya, Cuaca ekstrem dengan gelombang tinggi melanda perairan pesisir Bandar Lampung dalam sepekan terakhir. Kondisi ini membuat para nelayan, khususnya nelayan congkel, was-was dan memilih tidak melaut demi keselamatan.
BACA JUGA:Melawan, Pembunuh Sopir Travel Ditembak
Fenomena ini terlihat di kawasan pesisir Teluk Betung, Senin (20/6) siang. Para nelayan di Kampung Nelayan, Teluk Betung Timur, mengeluhkan cuaca buruk yang merusak banyak bagan milik mereka. Angin kencang dan ombak besar mengakibatkan kerusakan pada bagan-bagan congkel milik para nelayan setempat
“Kami memilih berhenti melaut dulu, takut cuaca tiba-tiba berubah,” kata Aco Tile, salah satu nahkoda kapal bagan congkel di kawasan tersebut.
Menurutnya, musim pancaroba yang masih berlangsung disertai hujan deras dan angin kencang sangat berdampak terhadap penghasilan mereka. Selain faktor keselamatan, kerusakan pada bagan membuat aktivitas melaut semakin sulit dilakukan.