Dalam Islam, Nabi Ibrahim memiliki tempat istimewa sebagai salah satu nabi ulul azmi. Yakni nabi yang memiliki keteguhan luar biasa dalam menghadapi berbagai ujian dari Allah SWT.
Kisah Nabi Ibrahim tidak hanya menjadi narasi spiritual, tetapi juga merupakan pelajaran kehidupan yang relevan di sepanjang zaman.
Keteguhannya dalam menjalankan perintah Allah, bahkan ketika harus menghadapi risiko besar, adalah bukti nyata dari keikhlasannya. Ia juga menjadi simbol ketaatan tanpa batas, keberanian dalam mempertanyakan tradisi yang tidak benar, dan keyakinan yang tak tergoyahkan pada kekuasaan Allah.
Nabi Ibrahim lahir sekitar tahun 2295 SM di wilayah Mesopotamia, tepatnya di kota Ur Kasdim, yang kini terletak di wilayah Irak. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa beliau lahir di daerah Mausul atau bahkan di Damaskus.
Ayahnya, Azar, adalah seorang pembuat patung berhala yang dihormati di kaumnya. Sejak kecil, Nabi Ibrahim menunjukkan kecerdasan dan ketajaman berpikir yang luar biasa. Ia mempertanyakan praktik penyembahan berhala yang dilakukan oleh ayahnya dan masyarakat sekitarnya.
Pada masa itu, masyarakat Mesopotamia hidup dalam masa jahiliyah, mereka banyak menciptakan patung-patung untuk disembah. Raja Namrud adalah seorang penguasa yang sangat sombong. Bahkan, sampai-sampai ia mengklaim dirinya sebagai Tuhan.
Raja Namrud bahkan pernah bermimpi tentang adanya seorang anak yang akan menggulingkannya dari tahtanya, sehingga dia memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir pada saat itu.
Namun, orang tua Nabi Ibrahim menyembunyikan putranya dalam sebuah gua untuk melindunginya dari ancaman tersebut. Sejak usia dini, Nabi Ibrahim sudah menunjukkan ketidakpuasan terhadap praktik penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaumnya. Ia sering mempertanyakan kepada ayahnya tentang manfaat dan kebenaran dari patung-patung yang mereka sembah.