Kurban sebagai Aspek Spiritual dan Kepedulian Sosial

Kamis 05 Jun 2025 - 20:23 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

Momentum hari raya Idul Adha merupakan waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan hadist ini. Pada momentum ini, kita semua yang sudah mampu untuk berkurban, sangat dianjurkan untuk berkurban. Tujuannya selain sebagai bentuk patuh terhadap perintah Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga untuk menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan empati kepada sesama manusia. 

 

Pentingnya dan perintah berkurban telah ditegaskan dalam Alquran, Allah SWT berfirman yang artinya: ’’Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).’’ (QS Al-Kautsar [108]: 2)   

 

Di sinilah letak aspek sosial dari kurban. Melalui pembagian daging kurban, kita berbagi dengan saudara-saudara kita yang mungkin jarang menikmati daging sepanjang tahun. Kurban menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin, menguatkan solidaritas sosial, serta menumbuhkan rasa empati.   

 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 36 yang artinya: ’’Unta-unta itu kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syiar agama Allah. Bagimu terdapat kebaikan padanya. Maka, sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya, sedangkan unta itu) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Lalu, apabila telah rebah (mati), makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkannya (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur.’’ 

 

Artinya, redaksi di atas menegaskan bahwa kurban itu tidak selesai di kandang atau di masjid, tapi harus sampai ke meja makan orang-orang yang membutuhkan.   Bahkan, Rasulullah juga menegaskan bahwa tidak sempurna iman orang yang hanya berpikir tentang perutnya sendiri dan mengenyangkannya tanpa mempedulikan saudara serta tetangganya yang kelaparan. Dalam hadits yang berasal Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: ’’Tidaklah beriman orang yang selalu kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lumbungnya.’’ (HR Al-Baihaqi)   

 

Ibadah kurban seharusnya tidak hanya menjadi simbol tahunan, tapi menjadi pengingat bahwa kita hidup berdampingan dengan saudara-saudara yang masih membutuhkan uluran tangan. Jika kita mampu membeli hewan kurban, kita juga harus mampu membuka hati dan tangan untuk membantu yang lain. Bukan hanya hari ini, tapi sepanjang tahun.  

 

Mari kita jadikan kurban sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dengan mengorbankan hal-hal yang kita cintai demi Allah; mengikis sifat kikir, karena kekikiran adalah penghalang utama dalam berbagi; membangun empati sosial, karena kita tidak hidup sendiri dalam masyarakat; mendistribusikan kekayaan agar tidak berputar pada golongan tertentu saja; menyatukan umat, karena kurban mempererat tali Ukhuwah Islamiyah. 

 

Jangan sampai kurban kita hanya menjadi ’’ritual daging”, tapi tidak meninggalkan bekas dalam kehidupan. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya menyembelih, tetapi tidak peduli pada lingkungan sekitar.  Jika kita benar-benar memahami makna kurban, maka kita akan menjadi pribadi yang dermawan, peduli, dan ikhlas. Kita akan menyadari bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian dan bahwa harta yang kita miliki adalah titipan yang suatu saat akan diminta pertanggungjawabannya.   

 

Tags :
Kategori :

Terkait