JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menaikkan tarif impor kepada Tiongkok sebesar 104 persen. Kebijakan itu mulai berlaku pada Rabu (9/4). Tarif ini akan menjadi sangat tinggi untuk Tiongkok. Karena itu, Tiongkok pun menolak untuk tunduk pada apa yang mereka sebut sebagai pemerasan dan telah bersumpah untuk berjuang sampai akhir.
Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen setelah Tiongkok tak bergeming untuk menarik keputusannya pasca memberikan tarif balasan 34 persen pada barang-barang impor dari AS. Trump menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84 persen.
Awalnya, Trump mengenakan tarif 10 persen untuk semua barang impor dari Tiongkok pada Februari 2025 tanpa pengecualian. Hal ini dikaitkan dengan dugaan peran pemerintah Tiongkok dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan obat fentanil ke AS.
Sementara dilansir dari Reuters, saham AS turun pada Selasa (8/4) untuk hari perdagangan keempat berturut-turut sejak pengumuman tarif Trump minggu lalu dengan S&P 500 ditutup di bawah 5.000 untuk kali pertama dalam hampir setahun.
Indeks tersebut sekarang 18,9 persen di bawah level tertinggi terbarunya pada 19 Februari, mendekati penurunan 20 persen yang mendefinisikan pasar yang sedang lesu.
Perusahaan-perusahaan S&P 500 telah kehilangan USD5,8 triliun dalam nilai pasar saham sejak pengumuman tarif Trump Rabu lalu, kerugian empat hari terdalam sejak patokan tersebut dibuat pada tahun 1950-an, menurut data LSEG.
Pasar global sebelumnya membukukan keuntungan karena harapan bahwa Trump mungkin bersedia untuk menegosiasikan serangkaian hambatan perdagangan khusus negara dan produk yang sedang ia bangun di sekitar pasar konsumen terbesar di dunia.
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa tarif khusus negara hingga 50 persen akan tetap berlaku pada pukul 12.01 dini hari Waktu Bagian Timur (0401 GMT) sesuai rencana.