JAKARTA – Kebutuhan gula yang semakin meningkat jelang Ramadan dan Idul Fitri, pemerintah akan melakukan impor.
Ya, gula impor bakal membanjiri pasar Tanah Air. Pemerintah meyakini gula impor tersebut tidak memengaruhi petani. Alasannya, pengadaan gula dari luar negeri sebagai upaya mengantisipasi risiko fluktuasi harga gula konsumsi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa stok cadangan pangan pemerintah (CPP) di BUMN pangan harus diperkuat.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan langkah pengadaan raw sugar atau gula kristal mentah (GKM) dari luar Indonesia akan diambil dengan menjamin tidak memberikan dampak ke petani, terutama saat panen.
’’Karena CPP gula ini perlu. Tadi harga gula dilaporkan BPS, harganya mulai bergerak naik. Kontribusi inflasinya 1,4 persen, sehingga kita semua memerlukan tambahan berupa raw sugar yang nanti diproses untuk CPP,” ungkap Arief.
BACA JUGA:Jaga Ketahanan Pangan, Polda Lampung Panggil Stakeholder
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatatkan data bahwa hingga minggu pertama Februari 2025, terjadi penambahan jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir.
Tidak hanya itu, pada minggu ketiga Januari, terdapat 118 kabupaten/kota. Dari data tersebut, disebutkan juga bahwa jumlahnya semakin bertambah menjadi 153 kabupaten/kota di minggu kelima Januari.
“Jadi importasi bukan dalam bentuk GKP (gula kristal putih), tidak langsung begitu. Yang jadi catatan adalah importasi yang dilakukan ini hanya untuk CPP. Kita mau menaikkan stok level yang dipegang pemerintah. Bukan karena kekurangan produksi, karena kita masih cukup sekitar 4 sampai 5 bulan,” jelas Arief.
Diketahui, stok CPP dalam bentuk gula pasir per 12 Februari total ada 34 ribu ton. Stok tersebut dikelola oleh ID FOOD sejumlah 22 ribu ton dan Perum Bulog sebanyak 12 ribu ton.
Jika dibandingkan dengan rerata kebutuhan konsumsi bulanan yang sekitar 235 ribu ton per bulan, maka stok CPP gula berada di kisaran ketercukupan 14,47 persen.
BACA JUGA:Hoax, Angin Puting Beliung di Gunung Terang Bandar Lampung
“Yang harus dijamin adalah harga di tingkat petani, karena petani akan mulai panen di April, Mei, Juni. Kemudian raw sugar itu akan murah biayanya pada saat gilingnya bersamaan dengan panen. Itu pertimbangannya. Sekitar 200 ribu ton raw sugar, datangnya tahun ini secara bertahap,” tambah Arief.
Sementara itu berdasarkan proyeksi neraca gula konsumsi yang diolah NFA update per 21 Januari, kebutuhan konsumsi bulanan di Maret 2025 diprediksi akan meningkat karena berbarengan dengan momentum bulan Ramadan.
Pada Maret nanti, proyeksi kebutuhan konsumsi meningkat 13,39 persen atau menjadi 251,8 ribu ton dibandingkan Februari yang 222 ribu ton. (disway/c1/yud)