"Dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 3,34 persen; 6,78 persen; dan 3,50 persen," terang Mahendra.
BI memperkirakan pertumbuhan kredit tumbuh dalam kisaran 11-13 persen pada 2025. Sejalan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik dan dukungan kebijakan makroprudensial bank sentral. "Dengan memperkuat strategi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk meningkatkan kredit/pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Termasuk UMKM dan ekonomi hijau mulai Januari 2025, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Hingga pekan kedua Januari 2025, BI telah menyalurkan insentif KLM senilai Rp 295 triliun. Disalurkan antara lain ke sektor pertanian, perdagangan, manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estate, serta perumahan rakyat. Ada pula penyaluran ke sektor ultra mikro, UMKM, dan sektor hijau.
"Melalui bank BUMN sebesar Rp129,1 triliun, bank BUSN (bank umum swasta nasional) senilai Rp 130,6 triliun, BPD (bank pembangunan daerah) Rp 29,9 triliun, dan KCBA (kantor cabang bank asing) Rp 5 triliun," jelasnya
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja menuturkan, kondisi pelemahan daya beli masyarakat tahun ini berbeda dibanding periode 2020-2021 ketika pandemi Covid-19. Saat itu masyarakat dibantu oleh bantuan sosial (bansos) serta dukungan berbagai promo e-commerce. Makanya, dia cukup berhati-hati dalam menentukan target kredit konsumer.
Sekarang harga barang dan jasa mulai merangkak naik. Seperti, biaya layanan antar e-commerce makin mahal. "Buying power makin melemah dan itu terefleksi dari penjualan para produsen kita, SME (small medium enterprise) komersil yang relatively agak stagnan. Itu menyebabkan kita tahun ini harus lebih hati-hati dalam menentukan pricing daripada kredit konsumer," ujar Jahja.
BCA akan memastikan cicilan tersebut betul-betul bisa dilunasi. Jangan sampai konsumen mengambil cicilan hanya karena melihat bunga kredit murah.
Misalnya, cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) tidak hanya 1-2 tahun. Tapi sampai 15 tahun. "Saat ini kalau dia pinjam, sampai the whole time dia (mesti) bisa bayar. Kalau nggak, hanya di awal saja dia bisa bayar, ternyata 1 tahun, 2 tahun dia macet. Karena begitu harga disesuaikan dengan kondisi semula, itu cicilan pasti akan naik," ungkap Jahja. (jpc/c1)