TRI DHARMA UNILA
Oleh:- Dr. Gusri Akhyar Ibrahim, S.T., M.T., Ir. Arinal Hamni, M.T., Dr. Ir. Subeki, M.Sc.
PEMERINTAH Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memprogramkan para petani untuk bertanam porang. Yaitu jenis tanaman umbi-umbian yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Termasuk di Provinsi Lampung sehingga banyak para petani yang berinvestasi untuk tanaman tersebut.
Selain mengandung banyak unsur kandungan bahan lain, porang juga mengandung glukomanan yang paling diminati. Ini digunakan sebagai makan sehat berserat tinggi.
Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Unila Dr. Gusri Akhyar Ibrahim, S.T., M.T. mengatakan, kandungan glukomanan sendiri terdapat pada umbi porang yang sudah berumur 3 tahun ke atas. Sementara pada ubi porang yang di bawah 3 tahun, menurutnya beski glukomanannya ada tapi baru sedikit.
BACA JUGA:Pekan Ini Seleksi Terbuka Kepala Sekolah?
Tentu dalam pengolahan umbi porang hingga menghasil tepung porang dan tepung glukomanan, kutip Gusri dari Farida dkk (2012), melibatkan proses yang panjang. ”Dimana umbi porang dibuat chips, dikeringkan, ditepungkan, dan dipisahkan unsur yang ada di dalam tepungnya. Termasuk 5 glukomanan,” kutipnya.
Sementara di Lampung, menurutnya pengolahan sebagian besar umbi porang yang diproses hingga menjadi chips kering dan diekspor ke luar negeri. Sementara untuk pengolahan lebih lanjut menjadi tepung porang dan tepung glukoman masih belum tersedia teknologinya. Sehingga, para petani pun tidak bisa membuat tepung porang.
Dikatakannya kendala besar dihadapi ketika persediaan tepung porang dalam jumlah yang banyak namun harga chips untuk ekspor murah. Tentu keadaan ini tidak menguntungkan bagi petani porang karena proses mendapatkan umbi porang dengan kandungan glukomanan memakan waktu yang panjang.
Itu berdasarkan percobaan yang telah dilakukan Tim PkM-nya dalam penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan di Laboratorium Proses Produk Teknik Mesin Universitas Lampung. ”Karena dilakukan penelitian atau deseminasi Unila dengan berjudul Optimasi Parameter Mesin Hammer Disc-Mill untuk Produksi Tepung Glukomanan menggunakan Metode Taguchi,” katanya.
Kesimpulan yang diperoleh, bebernya, pertama, hasil pengujian dan perhitungan diperoleh persentase rende menglukomanan tertinggi pada percobaan ketujuh sebesar 35,0 persen. Sedangkan, presentase rende menglukomanan terendah terjadi pada percobaan keempat sebesar 17,5 persen.
Kedua, rata-rata presentase rende menglukomanan dari seluruh percobaan adalah sebesar 25,5 persen.
Menurutnya penting untuk dicatat bahwa nilai rata rata tersebut memenuhi syarat mutu 1 atau kriteria mutu terbaik tepung porang sesuai standar SNI-7939-2013 tentang tepung porang. "Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil mencapai rende menglukomanan yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan," tandas Gusri.
Lebih lanjut, Gusri mengatakan hasil ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian tersebut efektif dalam menghasilkan tepung glukomanan dengan kualitas baik sesuai persyaratan standar SNI-7939-2013. Sehingga manfaat kegiatan ini menurutnya adalah sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan peningkatan nilai tambah chips porang kering menjadi tepung porang -glukoman bernilai ekonomis tinggi.