Pendampingan Produksi dan Pengemasan Ameliorant Berbasis Biochar di Desa Bangunsari, Kecamatan Negerikaton, Pe
Tim Dosen Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lampung melakukan pendampingan produksi dan pengemasan ameliorant berbasis biochar di Desa Bangunsari, Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran. -FOTO TIM DOSEN PKM UNILA -
Tri Dharma Unila
Oleh: Dr. Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. (Ketua Tim), Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., Dr. Mareli Telaumbanua, S.T.P., M.Sc.
PESAWARAN - Ketahanan pangan global dan regional, khususnya di negara-negara berkembang, telah mendapat banyak perhatian sebagai akibat dari pertumbuhan populasi.
Ketahanan pangan berada dalam risiko akibat degradasi tanah yang meliputi erosi, keasaman, sterilitas, kontaminasi polutan anorganik dan organik, hilangnya karbon organik tanah, dan salinisasi.
Di sisi lain, hilangnya lahan subur dan penurunan hasil pertanian akibat perubahan iklim menimbulkan ancaman bagi jutaan orang dalam bentuk kelaparan dan kemiskinan.
BACA JUGA:DBH Bakal Cair Akhir Juli, Akademisi: Pemprov Harus Prioritaskan Penyelesaian Utang
Lahan yang tersedia saat ini mayoritas merupakan lahan marjinal dengan tingkat kesuburan yang rendah. Namun ketika laju pertumbuhan penduduk meningkat, maka kebutuhan akan ketersediaan pangan dalam jumlah besar semakin besar.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik budidaya tanaman pangan menggunakan teknologi hemat biaya untuk mengubah keterbatasan menjadi sumber daya yang dapat digunakan untuk menopang dan memperluas pasokan pangan. Lalu, mencegah erosi tanah, mitigasi perubahan iklim, dan menjaga kualitas tanah.
Hal ini disampaikan Dr. Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc, Ketua Tim Dosen Pengabdian kepada Masyarakat di desa binaan LPPM Unila yaitu Desa Bangunsari, Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran.
Dr. Wahyu menyampaikan penggunaan sumber bahan organik yang tersedia secara lokal dapat meningkatkan dan memulihkan kualitas tanah. Seperti, dengan mengembalikan limbah tanaman dan menggunakan berbagai bahan tambahan organik seperti pupuk kandang, kompos, dan biomassa tanaman.
BACA JUGA:Pengelolaan Kas Bendahara di Empat OPD Pemkab Lamsel juga Bermasalah
Dosis yang digunakan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 7,5 ton/ha kotoran sapi di lahan gambut (Herwadi, 1990) dan 10 ton/ha jerami di lahan ultison (Cahyani, 1996).
Sehingga, diperlukan volume yang cukup besar dan sering kali sulit didapat. Selain itu, karena masih memiliki rasio C/N yang tinggi.
Lalu, penggunaan limbah peternakan dan penambahan sisa tanaman organik berisiko meningkatkan jumlah gas rumah kaca (GRK) berupa gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) (Liu dkk., 2004; Wihardjaka dkk., 2011).