Mahasiswi UIN RIL Lulus Tanpa Skripsi
SELAMAT!: Aprilis Saputri, mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL) berhasil lulus dengan artikel ilmiah pengganti skripsi. --FOTO HUMAS UIN RIL
"Apalagi saat ini kita sudah memperoleh institusi unggul. Tentu ke depannya kita mendorong semua prodi dari yang sudah Baik, Baik Sekali, menjadi Unggul. Untuk Unggul, salah satu poinnya adalah publikasi mahasiswa dan dosen,'' ucap Prof. Syafrimen
Publikasi ilmiah, kat Prof. Syafrimen, juga mendorong untuk pemeringkatan Webometric. ''Takni terdapat salah satu poin yang kita sebut excellence. Itu seberapa banyak publikasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika, baik mahasiswa dan dosen yang disitasi oleh pihak luar UIN RIL. Baik dari berbagai negara maupun Indonesia. Juga penilaian pemeringkatan melalui Unirank. Itu salah satu poin yang dinilai,” katanya.
Prof. Syafrimen menyebutkan, salah satu ciri dan yang harus kita lakukan dalam mendukung program rektor yaitu internasionalisasi dengan UIN RIL harus masuk QS Rank.
"Minimal di dalam 2 tahun terakhir itu, kita harus punya lebih kurang 2.000 publikasi. Tentu dengan adanya pedoman penulisan karya ilmiah sebagai pengganti skripsi ini, kita bisa menggerakkan semua prodi yang ada di UIN RIL dalam kolaborasi dosen dan mahasiswa. Coba dibayangkan, kita punya 46 prodi, 5 orang saja setiap prodi, berarti kita akan dapat 230 artikel setiap 1 semester. Kalau setiap prodi bisa publish 10 artikel ilmiah, Insya Allah 1 tahun ke depan kita sudah bisa masuk QS Rank. Ini pekerjaan yang sangat terukur,” ungkap Prof. Syafrimen
Prof.Syafrimen menyampaikan banyak manfaat yang dihasilkan dengan publikasi ilmiah. Salah satunya berpeluang mendapatkan beasiswa. “Mahasiswa yang memiliki publikasi ilmiah, apalagi pada jurnal bereputasi tinggi, besar peluang mereka untuk memperoleh beasiswa,” tuturnya.
Prof. Syafrimen juga mendorong dosen lain untuk membimbing dengan baik mahasiswanya dalam menulis artikel ilmiah. Ia mencanangkan target yang lebih tinggi, yaitu Sinta 1 atau bahkan jurnal internasional.
"Hal ini kalau memungkinkan dan tidak dipaksakan. Lakukan sesuai kemampuan mahasiswa," jelas Prof. Syafrimen.
Meskipun dalam kebijakan/pedoman disyaratkan Sinta 6, kata Prof. Sayfrimen, kita harus mendorong melampaui di atas standar. ''Kita pasang target yang lebih tinggi, bisa Sinta 2 atau Sinta 3. Atau ada yang bagus kita dorong Sinta 1 dan ke jurnal internasional bagi mahasiswa itu sendiri maupun dosen," ungkapnya. (rls)