Mom Shaming, 72 Persen Ibu Pernah Mengalami

Peneliti Utama Studi ini sekaligus Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH--FOTO ISTIMEWA

Akibat mendapatkan mom shaming, dr. Ray menyebut bahwa mayoritas ibu akhirnya cenderung terpengaruh sehingga secara deskripsi lebih dari 50% terpaksa mengganti pola asuh dan parenting untuk mengikuti kritik dari pelaku mom shaming. 

 

Bahkan hanya 23% ibu responden yang mengaku berani melawan dan menghindar dari perlakuan mom shaming. 

 

"Kondisi ini disebabkan kurang optimalnya peran support system yaitu keluarga yang harusnya melindungi mereka," tutur dr. Ray.

 

"Akibatnya selain tidak bisa melawan dan menghindar, malahan ibu yang mengalami mom shaming takluk dengan kritik tidak membangun ini dan mengorbankan pola asuh atau gaya parenting yang bisa saja sudah baik,” jelas pengajar Kedokteran Kerja di Kedokteran Komunitas FKUI ini. 

 

Lebih menyedihkannya lagi, dari 72 persen ibu yang mengalami body shaming, hanya 11 persen ibu yang mendapat pertolongan dari profesional. 

 

"Hanya 11% ibu Indonesia yang diwakili responden studi ini yang mendapatkan pertolongan tenaga konselor atau psikolog," pungkas dr. Ray.

 

Untuk diketahui, studi ini merupakan rangkaian penelitian dari kajian literatur, uji instrumen menggunakan Mott Children Hospital USA, University of Michigan kuesioner yang telah divalidasi dan mencakup lebih dari 800 ibu responden, dengan internal kepercayaan 95 persen. Sebelum survei studi in telah melalui kajian sistematik review mendalam sejak Maret 2024.

 

HCC menyimpulkan bahwa tingginya prevalensi mom shaming ini menandakan bahwa wilayah proteksi ibu terkesan kurang optimal, sebaliknya malah keluarga menjadi actor perlakuan Mom-Shaming sehingga perlu dimitigasi. Salah satunya dengan optimalkan edukasi dan narasi kritik pengasuhan menjadi berorientasi dukungan.

Tag
Share