Kurun Setahun Terakhir, Penduduk Miskin Lampung Turun 29,4 Ribu Orang
Kepala BPS Lampung Atas Parlindungan Lubis.-FOTO TANGKAP LAYAR -
BANDARLAMPUNG – Kerja keras pemerintah daerah menekan angka kemiskinan di Provinsi Lampung berbuah manis. Jumlah penduduk miskin di Sai Bumi Ruwa Jurai turun 29,4 ribu orang selama setahun terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebanyak 941,23 ribu orang. Jumlah ini menurun 0,42 persen poin terhadap Maret 2023 yang mencapai 970,63 ribu orang.
Sementara jika dibandingkan September 2022, jumlah penduduk miskin menurun 54,3 ribu orang.
BACA JUGA:DJP Catat 670 Ribu WP Belum Padankan NIK Jadi NPWP
Secara persentase, penduduk miskin pada Maret 2024 tercatat sebesar 10,69 persen, menurun 0,42 persen poin terhadap Maret 2023 dan menurun 0,75 persen poin terhadap September 2022.
Namun dari sisi jumlah penduduk miskin perkotaan naik 11,1 ribu orang, sedangkan penduduk miskin di pedesaan turun 40,5 ribu orang. Secara persentase, kemiskinan di perkotaan naik dari 8,02 persen menjadi 8,18 persen. Sementara, di pedesaan turun dari 12,65 persen menjadi 11,97 persen.
Menurut Kepala BPS Atas Parlindungan Lubis melalui keterangan tertulis, komoditas makanan yang memberi sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Beras memberi sumbangan terbesar, yakni 22,32 persen di perkotaan dan 24,28 persen di perdesaan. Lalu, rokok keretek filter (13,09 persen di perkotaan dan 11,72 persen di perdesaan). Komoditas lainnya adalah telur ayam ras (4,61 persen di perkotaan dan 3,98 persen di perdesaan), cabe rawit (2,40 persen di perkotaan dan 3,07 persen di perdesaan), roti (1,79 persen di perkotaan dan 2,40 persen di perdesaan), tempe (2,38 persen di perkotaan dan 2,20 persen di perdesaan), dan seterusnya.
BACA JUGA: Batu Bara Masih Jadi Penopang Ekonomi Nasional
Sedangkan komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada GK perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan (7,63 persen di perkotaan dan 7,43 persen di perdesaan), bensin (3,81 persen di perkotaan dan 4,78 persen di perdesaan), dan listrik (3,27 persen di perkotaan dan 2,36 persen di perdesaan).
Urutan selanjutnya adalah sumbangan dari pendidikan; perlengkapan mandi; perawatan kulit, muka, kuku, dan rambut; sabun cuci; serta pakaian jadi perempuan dewasa.
“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” ujarnya.
Dijelaskan, indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Pada periode Maret 2023–Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2024 sebesar 1,532, turun dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 1,637. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan pada Maret 2024 sebesar 0,331, turun dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 0,359.