Alami Kekeringan, Sawah di Waykanan Terancam Gagal Panen
MULAI KEKERINGAN: Midin salah satu petani di Kecamatan Negarabatin, Waykanan saat membersihkan sawah miliknya. Terlihat tanah sawah tadah hujan miliknya sudah mulai mengalami retak-retak akibat kurang air. -FOTO RADAR WAYKANAN-
BLAMBANGANUMPU - Puluhan hektar sawah milik petani di Kecamatan Negeribesar,Negarabatin dan Pakuanratu Waykanan terancam gagal panen.
Hal itu disebabkan minimnya air yang mengaliri sawah tadah hujan yang mereka miliki. Lahan persawahan yang kering setelah ditanami padi antara lain di wilayah Kampung Sribasuki dan kampung-kampung lainnya termasuk di Kecamatan Negarabatin dan Pakuonratu yang belum tersentuh irigasi.
“Kalau dalam satu minggu ke depan tetap tidak ada hujan turun, kami pastikan tanaman padi kami ini bukan lagi gagal panen akan tetapi gagal hidup karena sawahnya kering. Bagaimana tidak mati airnya saja tidak ada,“ ujar Midin salah satu petani yang dikonfirmasi Radar Waykanan (Grup Radar Lampung) saat membersihkan lahan sawahnya.
BACA JUGA:BPBD Mesuji Mulai Petakan Potensi Kekeringan
Keluhan Midin bukan tanpa alasan, saat ini tanaman padinya mulai menguning, yang menandakan sebentar lagi akan mati apabila tidak ada air.
Berdasarkan pantauan tanah sawahnya pun sudah mulai mengangkat dan mengalami retak-retak menandakan kondisi cuaca yang sangat panas dan kekurangan air.
“Retakan pada tanah itu akibat lumpur di bagian bawah sudah mengering, jadi tanah bagian atasnya pecah-pecah,” ungkap Camat Negarabatin Edi Saputra saat dimintai keterangan terkait perkiraan berapa luas sawah di Negarabatin yang yang bisa terdampak kekeringan di musim tanam ini.
BACA JUGA:Provinsi Lampung Punya Pengalaman Hadapi Musim Kemarau
Lebih jauh Edi Saputra mengimbau para petani dalam menghadapi musim kemarau, agar betul-betul bisa memanfaatkan sumber air yang ada didekat persawahannya, serta mengupayakan untuk membuat embung-embung kecil untuk penampungan air ketika hujan.
Ia juga mengajak petani untuk membuat resapan air atau penghijauan di sekitar persawahan yang mereka garap.
Dengan harapan saat musim kemarau tiba, sawah mereka masih dapat berproduksi karena ada cadangan air dari embung air dan juga tidak langsung kering karena terdapat resapan air di sana.
“Demikian juga bagi petani dan atau kelompok tani yang sudah mandapatkan bantuan sumur bor agar bisa memanfaatkan sumur bor tersebut dengan baik dan bersama-sama, sehingga kemanfaatan sumur bor bantuan pemerintah tersebut bisa dirasakan oleh semua petani. Jangan ada yang memonopoli, “ tegasnya.
Sawah tadah hujan yang mengalami kekeringan juga terjadi di Blambanganumpu, yang merupakan ibu kota Waykanan.(sah/nca)