RAHMAT MIRZANI

Impact Circle 9.0, AIESEC in Unila Ajak Generasi Muda Belajar Seputar SDGs

IMPACT CIRCLE 9.0.: AIESEC In Unila selenggarakan Impact Circle 9.0.--FOTO HUMAS UNILA

BANDARLAMPUNG - AIESEC merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang bergerak pada bidang pengembangan kepemimpinan dan pengembangan potensi anak muda serta mendukung perwujudan perdamaian di dunia.
 
AIESEC in Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Impact Circle 9.0 bertema Green Youth Own Space: Crafting Sustainable for Better Cities di Gedung D 1.1 Fakultas Hukum Unila, Sabtu (15/6).
 
Impact Circle merupakan seminar yang diadakan AIESEC Unila untuk belajar, berpikir, dan berdiskusi seputar sustainable development goals (SDGs).
 
Impact Circle 9.0 mengusung SDGs nomor 11, yaitu kota dan komunitas yang berkelanjutan. Dengan tema tersebut, acara ini diadakan untuk mengedukasi, menumbuhkan kesadaran, membekali generasi muda, serta memberikan tempat bagi orang-orang untuk berbagi ide dan pengalaman dari para narasumber.
 
Penyelenggara menghadirkan dua narasumber berpengalaman di bidangnya, yaitu Merylia, S.T., M.T. selaku fungsional perencanaan Bappeda Provinsi Lampung serta Wahidin selaku owner dan praktisi hidroponik Lampung.
 
Impact Circle diikuti 220 peserta terdiri atas siswa dan mahasiswa dari berbagai sekolah serta kampus di Bandarlampung.
 
Ahmad Dzaky Nurrahman selaku local committee president (LCP) AIESEC Unila menyampaikan, Impact Circle mengajak anak muda atau generasi muda untuk lebih menyadari pentingnya poin dalam pembangunan berkelanjutan, terutama SDGs nomor 11.
 
"Di AIESEC sendiri memang fokus di SDGs dan kita mau mengajak teman-teman semua untuk lebih care serta aware. Especially about SDGs point 11," ujar Ahmad Dzaky.
 
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama dari Merylia dengan topik materi Building a Green City for the Future: Unveiling the Power of SDGs 11 in Lampung.
 
Menurut Merylia, berdasarkan poin SDGs nomor 11 yaitu menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan perlu peran dari seluruh stakeholder.
 
Salah satunya dengan menyediakan ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) untuk perempuan serta anak, manula, dan penyandang disabilitas. Hal ini membutuhkan peran dari pemerintah dan masyarakat, terutama generasi muda untuk menjaga RTH bersama-sama. 
 
Salah satu upaya yang dapat dilakukan generasi muda dalam mengantisipasi permasalahan tersebut yaitu dengan penanaman pohon dan penyediaan RTH privat.
 
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua dari Wahidin dengan topik materi Green Your Own Space: Urban Horticulture for Sustainable Communities and Wellbeing.
 
Menurut Wahidin, tanaman yang ditanam secara hidroponik sering dianggap lebih baik daripada metode tanam konvensional. Media tanam dan sistem yang digunakan lebih efisien serta beragam.
 
Sistem yang dipakai pada tanaman hidroponik meliputi Nutrient Film Technique (NFT), Deep Flow Technique (DFT), Floating System (Rakit Apung), Fertigation (Fertigasi Tetes), Dutch Bucket System, Wick System (Sistem Sumbu), Ebb and Flow (Pasang Surut), Verticulture (Vertikultur), dan Aeroponics System.
 
Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik mencakup golongan tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman obat-obatan.
 
Kegiatan bersambung dengan sesi focus grup discussion (FGD) dan sesi presentasi. Peserta dibagi menjadi 22 kelompok. Kemudian diberikan studi kasus berbeda terkait materi yang sudah disampaikan.
 
Harapannya, Impact Circle 9.0 tidak hanya menjadi ajang pembelajaran dan diskusi. Namun, juga sebagai wadah bagi generasi muda untuk berjejaring dan berkolaborasi mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Khususnya dalam menciptakan kota yang lebih hijau dan ramah lingkungan. (rls)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan